Reporter: Ika Puspitasari | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sedikit lagi mencapai level tertinggi sepanjang masa atau all time high di 6.689 pada Februari 2018 silam.
Pada perdagangan Jumat (15/10), IHSG ditutup meningkat 0,11% ke level 6.633. Dalam sepekan IHSG sudah melesat hingga 2,34%. Pergerakan IHSG turut tertopang oleh masuknya dana investor asing dan pulihnya kondisi ekonomi Indonesia.
Kepala Riset Praus Capital Alfred Nainggolan mengatakan, sekarang ini investor bisa fokus pada sektor atau saham yang belum mengalami kenaikan. Sebab, saham-saham tersebut masih memiliki valuasi yang terbilang sangat murah.
Saat IHSG mengalami all time high, Alfred menjelaskan, tentu risiko penurunan juga menjadi lebih besar. Sehingga, kondisi ini perlu menjadi pertimbangan bagi investor untuk melakukan aksi beli.
Baca Juga: IHSG diramal menguat, simak pergerakan saham INKP, WIKA, dan SMGR pada Senin (18/10)
Alfred mencermati, menguatnya indeks sektoral tidak merata di tengah naiknya IHSG yang mencapai level 6.600. “Saham-saham di bursa kenaikannya tak seragam, bahkan masih banyak saham yang masih belum mengalami kenaikan sepadan, serta masih banyak juga saham yang mencatatkan imbal hasil negatif,” paparnya ketika dihubungi Kontan, Minggu (17/10).
Nah, menurut Alfred, saham-saham yang belum naik signifikan atau masih negatif menjadi menarik saat IHSG akan mencapai all time high. Dalam kondisi IHSG berada dalam level tertinggi, tentu valuasi IHSG semakin meningkat. Pun valuasi saham-saham yang mengalami kenaikan harga saat IHSG bullish.
Oleh karena itu, ia bilang, pelaku pasar juga perlu mencermati saham-saham yang masih memiliki valuasi rendah, dimana gap dengan valuasi IHSG atau valuasi saham-saham di sektor sejenisnya cukup besar.
Guna memanfaatkan momentum kenaikan IHSG all time high, Alfred menuturkan pelaku pasar bisa mencermati sektor yang terpantau masih lagging, yakni ada sektor barang konsumsi atau conssumer goods, dan sektor industri dasar.
Mengintip data BEI, sektor industri dasar masih minus 3,13% secara year to date dan sektor barang konsumsi masih negatif 7,30%.
Baca Juga: IHSG diproyeksi masih bisa menguat terbatas pada Senin (18/10)
Dari sektor industri dasar beberapa saham yang bisa jadi pilihan ada PT Krakatau Steel Tbk (KRAS), PT Steel Industry Indonesia Tbk (ISSP), saham PT Indah Kiat Pulp and Paper Tbk (INKP), PT Pabrik Kertas Tjiwi Kimia Tbk (TKIM), PT Semen Indonesia Tbk (SMGR), dan PT Indocement Tunggal Prakasa Tbk (INTP).
Adapun saham-saham yang mempunyai valuasi murah seperti saham PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk (JPFA), PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF), PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS), dan ISSP.
Alfred memasang target harga Rp 2.400 untuk JPFA, INDF dengan TP Rp 7.800, PGAS dengan TP Rp 1.770, KRAS dengan TP Rp 780, ISSP dengan TP Rp 360, INKP dengan TP Rp 10.250, TKIM dengan TP Rp 11.000, SMGR dengan TP Rp 9.300 per saham dan TP INTP di Rp 10.450 per saham.
Mengingat IHSG sudah mencapai 6.630, Alfred memperkirakan IHSG sampai akhir tahun ini bisa menuju ke level 6.800. Sebelumnya, ia memproyeksi IHSG akan berada di rentang 6.300 - 6.500 hingga akhir tahun 2021.
Selanjutnya: IHSG naik 2,34% dalam sepekan, kapitalisasi pasar di bursa tembus Rp 8.000 triliun
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News