kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

IHSG melaju, kinerja reksadana saham tumbuh paling tinggi di awal 2019


Jumat, 01 Februari 2019 / 19:27 WIB
IHSG melaju, kinerja reksadana saham tumbuh paling tinggi di awal 2019


Reporter: Amalia Fitri | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja reksadana saham di awal tahun lumayan cerah. Merujuk data Infovesta Equity Fund Index, di awal tahun 2019, kinerja reksadana saham tercatat positif 3,56%. 

Sementara indeks reksadana pendapatan tetap yang terlihat dalam Infovesta Fixed Income Fund Index tercatat berada di posisi positif 0,50%. Lalu, reksadana campuran yang tercatat melalui Infovesta Balanced Fund Index berada di angka 3,15%, dan indeks reksadana pasar uang yang tercermin melalui Infovesta Money Market Fund mencatatkan kinerja positif di angka 0,45%.

Direktur PT Sucorinvest Asset Management Jemmy Paul, menjelaskan unggulnya kinerja reksadana saham di awal tahun 2019 dipicu oleh naiknya IHSG secara historikal di awal tahun dan juga banyaknya investor asing yang masuk. Kedua hal tersebut tak bisa dilepaskan dari performa mata uang rupiah yang cukup kuat di hadapan dollar AS.

“Banyaknya capital inflow yang masuk ikut mendongkrak kinerja reksadana saham menjadi positif,” jelas Jemmy Jumat (1/2).

Sebagai catatan, sampai pertengahan Januari 2019, aliran masuk dana asing di pasar keuangan domestik mencapai Rp 19,2 triliun. Aliran uang tersebut masuk ke saham, surat utang negara, dan surat utang swasta.

Tak hanya itu, kebijakan The Fed menahan suku bunga acuan di angka 2,25%-2,5% ternyata ikut menggiring investor beralih ke reksadana saham dibandingkan dengan obligasi. "Walau suku bunga sudah pasti ditahan, investor masih punya kekhawatiran The Fed berubah pikiran. Ini pula yang membuat kinerja obligasi jadi stagnan. Biasanya jika The Fed menaikan suku bunga, akan berdampak pada turunnya pembelian obligasi," kata Jemmy.

Selain itu, reksadana saham juga terdongkrak karena investor memang banyak membeli surat utang negara, yang dinilainya memiliki harga lebih stabil. “Harga surat utang tidak kemana-mana. Saat dibeli, harganya tinggi, namun setelahnya harganya rendah,” ujarnya. 

Hal itu pula yang menurut Jemmy membuat kinerja reksadana pendapatan tetap berada di posisi terendah, walau masih positif.

Jemmy melihat dalam kuartal I-2019 reksadana saham tetap mencatat kinerja paling unggul mengingat secara historikal, di awal tahun akan banyak investor yang mulai mendandani portofolio dengan berinvestasi di saham. “Setidaknya sampai bulan Maret dan April, akan lebih banyak orang berinvestasi di reksadana saham, daripada obligasi atau pasar uang,” ujarnya.

Selain karena siklus investasi di pasar modal, Jemmy memprediksi pemilihan presiden di pertengahan tahun juga akan menyebabkan investor melakukan aksi buy on rumor, sell on news.

"Investor cenderung akan lebih berani membeli saham yang berhubungan dengan Badan Usaha Milik Negara (BUMN), atau sesuai dengan ekspektasi pemilu,” jelasnya.

Ke depannya, Jemmy bilang PT Sucovindo Asset Management masih akan terus mengandalkan sektor perbankan, pertambangan, kontraktor, serta konsumen untuk bersaing di pasar uang.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×