Reporter: Grace Olivia | Editor: Yudho Winarto
Beberapa perubahan strategi juga dilakukan Sinarmas AM dalam menghadapi gejolak pasar saham maupun nilai tukar rupiah.
"Dengan kecenderungan penguatan USD terhadap rupiah, kami lebih banyak berinvestasi di perusahaan yang berorientasi ekspor, tentunya dengan valuasi perusahaan yang wajar," kata dia.
Hingga akhir Juli lalu, dana kelolaan reksadana Simas Saham Unggulan sudah mencapai sekitar Rp 1,9 triliun. Sementara, dana kelolaan Sinarmas Asset Management secara keseluruhan mencapai Rp 24,43 triliun.
"Kami menargetkan dana kelolaan kami hingga di akhir tahun 2018 sebesar Rp. 25 triliun – 26 triliun," kata Christian.
Adapun, ia menargetkan kinerja Simas Saham Unggulan bisa bertahan di posisi 40% hingga akhir tahun 2018. Menurutnya, strategi perdagangan aktif dalam mengelola reksadana selama ini cukup mampu memaksimalkan keuntungan.
Head of Investment Research Infovesta Utama Wawan Hendrayana, berpendapat, kinerja Simas Saham Unggulan memang tergolong fantastis untuk ukuran dana kelolaan yang telah dimilikinya.
"Reksadana dengan dana kelolaan besar itu kan pilihan sahamnya cenderung terbatas. Jadi, kinerja tinggi itu memang karena kemampuan picking sahamnya yang bagus," kata Wawan, Selasa (21/8).
Menurut Wawan, kemampuan Sinarmas AM memilih bukan hanya pada ranah sektoral tetapi sudah sampai pada pemilihan saham-sahamnya.
Tengok saja saham TKIM, ERAA, dan ADRO yang ada dalam portofolio merupakan saham-saham yang mendulang kenaikan harga cukup signifikan sepanjang tahun ini.
Selain itu, ia juga sepakat dengan strategi Sinarmas beralih ke saham-saham dengan pendapatan berdenominasi dollar AS. "Emiten-emiten seperti itu pasti diuntungkan dengan selisih kurs di tengah pelemahan rupiah saat ini," kata Wawan.
Hingga akhir tahun, Wawan sendiri memproyeksi kinerja rata-rata reksadana saham masih bisa mencapai 8% - 10%. "Ini dengan asumsi IHSG kembali ke level Rp 6.500 - Rp 6.600," pungkasnya.
Di tengah fluktuasi pasar saat ini, Wawan menilai, Sinarmas cukup mempertahankan kinerjanya saat ini hingga pengujung tahun. "Return 40% itu sudah sangat tinggi dan sebuah anomali saat ini," tandasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News