Reporter: Danielisa Putriadita | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Dana kelolaan reksadana yang memiliki strategi pembobotan portofolio mengukti indeks acuan, seperti reksadana exchange traded fund (ETF) dan reksadana indeks rontok di sepanjang September mengikuti penurunan kinerja indeks harga saham gabungan (IHSG).
Berdasarkan data Infovesta, dana kelolaan industri reksadana ETF menurun Rp 883 miliar secara bulanan menjadi Rp 1,33 triliun. Kompak, dana kelolaan reksadana indeks juga menurun meski lebih rendah penurunannya di Rp 236 miliar menjadi Rp 7,68 triliun.
President & Chief Executive Officer (CEO) Pinnacle Investment Guntur Putra menjelaskan, secara umum penurunan dana kelolaan reksadana indeks dan ETF disebabkan oleh pergerakan pasar dan juga redemption unit penyertaan reksadana.
Jenis reksadana ETF dan indeks memiliki strategi pengelolaaan yang beragam, yaitu aktif, pasif berbasis indeks dan pasif berbasis tema indeks sektoral tertentu, seperti ESG dan lainnya.
Baca Juga: Kinerja IHSG lesu, dana kelolaan reksadana ETF ikut melorot
Pengelolaan reksadana indeks dan ETF memang serupa. Namun, mekanisme transaksi untuk subscribe dan redeem berbeda.
ETF memiliki mekanisme transaksi yang lebih fleksibel daripada reksadana indeks. Oleh karena itu, Guntur berpendapat dana kelolaan reksadana ETF bisa turun lebih dalam daripada dana kelolaan reksadana indeks karena mungkin fitur fleksibelitas yang lebih tinggi di reksadana ETF memudahkan investor untuk melakukan redemption secara cepat saat kondisi pasar saham sangat volatil.
Kemungkinan kedua bisa datang dari penurunan NAV untuk ETF yang dikelola aktif bisa lebih dalam saat fluktuasi pasar saham tinggi.
Meski begitu, Guntur memproyeksikan pertumbuhan dana kelolaan reksadana ETF berpotensi terjadi seiring perkembangan produk ETF baru. Jumlah reksadana ETF yang listing di bursa saat ini lebih dari 40 produk.
Selain iu, jumlah manajer investasi (MI) yang menerbitkan produk ETF juga semakin marak kurang lebih ada sekitar 20 MI.
"Pertumbuhan AUM reksadana ETF ke depan juga positif karena sejalan dengan sudah semakin banyak investor yang mengerti produk reksadana ETF," kata Guntur, Selasa (13/10).
Saat ini Guntur mengamati investor yang membeli reksadana ETF memiliki tujuan investasi jangka panjang dan sedikit dari mereka yang melakukan pembelian dengan alasan spekulasi pasar.
Guntur menyarankan bagi investor jangka panjang yang percaya ekonomi Indonesia secara jangka panjang akan tumbuh, investor seharusnya melalukan investasi reksadana ETF secara bertahap dan melakukan dollar cost averaging saat pasar terkoreksi.
Selanjutnya: Dana kelolaan (AUM) industri reksadana turun Rp 13,9 triliun di September
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News