kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.249.000 2,21%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Kinerja IHSG lesu, dana kelolaan reksadana ETF ikut melorot


Rabu, 14 Oktober 2020 / 20:18 WIB
Kinerja IHSG lesu, dana kelolaan reksadana ETF ikut melorot
ILUSTRASI. Pasar modal.


Reporter: Danielisa Putriadita | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Dana kelolaan reksadana atawa asset under management (AUM) exchange traded fund (ETF) rontok di sepanjang September mengikuti penurunan kinerja indeks harga saham gabungan (IHSG).

Berdasarkan data Infovesta, dana kelolaan industri reksadana ETF menurun Rp 883 miliar secara bulanan di September menjadi Rp 1,33 triliun.

Corporate Secretary PT Ashmore Asset Management Indonesia (AMOR) Lydia Jessica Toisuta mengatakan strategi pengelolaan reksadana ETF yang pasif mengikuti indeks membuat AUM reksadana tersebut ikut menurun.

"Bobot portofolio di ETF sama persis seperti bobot indeks, sementara di September indeks LQ45 menurun lebih banyak dari kinerja IHSG," kata Lydia, Selasa (13/10). 

Baca Juga: Dana kelolaan (AUM) industri reksadana per September turun, ada apa?

Sekadar informasi sepanjang September IHSG melemah 7% secara bulanan dan melemah 22% sejak awal tahun. Lydia juga mengamati kebanyakan konstituen emiten di indeks dijadikan acuan oleh reksadana ETF banyak terdiri dari saham big cap yang di bulan lalu dilego asing.

Reksadana ETF AMOR, yaitu Ashmore ETF LQ45 Alpha di periode yang sama juga mengalami penurunan AUM secara bulanan akibat penurunan kinerja aset saham, bukan penurunan unit.

Lydia mengatakan di tengah kinerja IHSG yang menurun ia tetap merekomendasikan bagi investor yang memiliki tujuan investasi jangka panjang untuk tetap memegang kepemilikan reksadana ETF mereka dan mengambil posisi masuk kembali.

"ETF adalah produk pelengkap untuk diversifikasi portofolio, struktur fee reksadana ini lebih menarik di saat ekonomi sedang lesu," kata Lydia.

Di tengah pelaku pasar yang fokus pada perkembangan pandemi dan hasil pemilu Amerika Serikat (AS), Lydia memproyeksikan volatilitas kinerja reksadana ETF maupun reksadana saham masih akan terjadi.

Meski begitu, prospek pertumbuhan dan kinerja reksadana ETF di 2021 akan lebih baik dibanding tahun ini. Sentimen positif datang dari distribusi vaksin dan ekonomi kembali berjalan. Selain itu, tekanan politis dari AS juga mereda. Pengesahan omnibus law yang menarik investasi investor asing pun dipandang akan membawa makroekonomi Indonesia tumbuh.

"Sektor atau saham yang berpotensi mendapat manfaat dari omnibus law adalah saham blue chip yang biasanya terdapat di indeks dan diikuti reksadana ETF," kata Lydia.

Selanjutnya: IHSG terpukul, kinerja reksadana ikut terpukul dalam sepekan kemarin

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×