Reporter: Sugeng Adji Soenarso | Editor: Noverius Laoli
Lalu untuk ekspor penurunan yang terjadi juga sejalan dengan turunnya pesanan ekspor pada data PMI Manufaktur Indonesia bulan Juli yang telah rilis beberapa waktu lalu yang menunjukkan hasil yang kurang baik juga yakni terkontraksi cukup dalam di bawah angka 50 acuan PMI Indonesia, yakni 40,1.
Selain dari domestik, indikator eksternal yang perlu diperhatikan juga oleh para pelaku pasar yakni terkait rilisnya data cadangan minyak mentah dan gasoline US secara mingguan, serta dari Ero area akan rilis angka inflasi selama bulan Juli yang diproyeksikan akan cenderung meningkat secara tahunannya yakni 2,2% dari sebelumnya 1,9%. "Namun untuk bulanannya diproyeksikan akan cenderung terkontraksi sebesar -0,1% dari sebelumnya 0,3%," paparnya.
Dengan beberapa katalis tersebut, pihaknya memproyeksikan IHSG akan bergerak pada range level support 6.055 dan level resistance 6.125.
Baca Juga: Asumsi perekonomian membaik, begini dampaknya terhadap IHSG
Analis Arta Sekuritas, Dennies Christopher Jordan menuturkan secara teknikal ditutup di atas support moving average 50 yang menjadi support cukup kuat mengindikasikan adanya potensi rebound dalam jangka waktu pendek. "Investor akan mencermati data kasus covid-19 terbaru yang mengalami penurunan dan menanti keputusan akan kelanjutan PPKM," sebutnya.
Ia memproyeksikan IHSG pada Rabu (19/8) akan bergerak menguat dengan support 1 di 6.046 dan resistace 1 pada level 6.137. Kemudian, untuk support 2 berada di 6.005 dengan resistance 2 di 6.197. Beberapa saham yang dapat dilirik menurut Dennies yakni PTPP, PWON, dan WIKA. Sementara Regina merekomendasikan ERAA, BBRI, INDF, dan BBKP.
Selanjutnya: Konflik Afganistan hingga data ekonomi global bikin sejumlah bursa Asia melemah
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News