kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.499.000   -40.000   -2,60%
  • USD/IDR 15.935   -60,00   -0,38%
  • IDX 7.246   -68,22   -0,93%
  • KOMPAS100 1.110   -11,46   -1,02%
  • LQ45 880   -11,76   -1,32%
  • ISSI 222   -0,92   -0,41%
  • IDX30 452   -6,77   -1,48%
  • IDXHIDIV20 545   -7,80   -1,41%
  • IDX80 127   -1,32   -1,03%
  • IDXV30 136   -1,06   -0,77%
  • IDXQ30 150   -2,29   -1,50%

IHSG diproyeksi sentuh level psikologis 7.000 di kuartal IV-2021, cermati sentimennya


Kamis, 21 Oktober 2021 / 06:15 WIB
IHSG diproyeksi sentuh level psikologis 7.000 di kuartal IV-2021, cermati sentimennya


Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pasar saham cukup berfluktuasi selama pandemi Covid-19. Pada awal pandemi, IHSG sempat turun hingga level 3.900-an dan pada penutupan Selasa (19/10) sudah ada pada level 6.655. Artinya, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sudah menguat 70,6%. Adapun level all time high IHSG tercatat berada pada level 6.693, yang tidak jauh dari level penutupan hari ini.

Menurut, Fundamental Analis B-Trade Raditya Pradana, penguatan yang terjadi pada IHSG didorong oleh performa makroekonomi Indonesia yang mengalami peningkatan akhir-akhir ini.

Pertama, dari sisi inflasi. Raditya menyebut, angka inflasi tahunan Indonesia naik tipis menjadi 1,60% pada September 2021, tetapi sedikit di bawah perkiraan 1,69%. Ini adalah tingkat inflasi tertinggi sejak Mei. Menurut analisis Raditya, tingkat inflasi Indonesia masih terkontrol, terutama dalam upaya pemulihan dari dampak pandemi Covid-19. “Hal ini tentunya menjadi katalis positif bagi pergerakan rupiah dan IHSG,” terang Raditya saat dihubungi Kontan.co.id, Selasa (19/10).

Baca Juga: IHSG bergerak terbatas, ini kata analis

Kedua, kebijakan Bank Indonesia (BI) yang mempertahankan suku bunga utamanya pada rekor terendah, yakni 3,5%. Hal ini sejalan dengan ekspektasi pasar. Tujuan BI mempertahankan suku bunga pada level 3,5% adalah untuk mendukung pertumbuhan ekonomi, sambil menjaga stabilitas pada tingkat nilai tukar di tengah ekspektasi inflasi yang rendah.

Raditya menilai, suku bunga yang dipertahankan pada level 3,5% menjadi katalis positif bagi pergerakan rupiah dan IHSG, terutama pada kuartal-IV tahun 2021.

Solidnya kondisi makroekonomi juga tercermin dari neraca perdagangan yang surplus US$ 4,37 miliar pada bulan September 2021. Ini merupakan surplus perdagangan selama tujuh belas bulan berturut-turut.

Surplus perdagangan yang terjadi dikarenakan faktor ekspor yang naik lebih besar dari impor, yang terjadi di tengah melonjaknya harga komoditas. Raditya menilai, surplus perdagangan pada bulan September 2021 semakin memperkuat kondisi makroekonomi Indonesia pada kuartal-IV tahun 2021 dan menjadi katalis positif bagi pergerakan IHSG.

Baca Juga: IHSG terkoreksi 0,04% ke 6.655 pada Selasa (19/10), net buy asing Rp 514,23 miliar

Kondisi makroekonomi juga diperkuat dengan posisi cadangan devisa Indonesia. Pada akhir September 2021, cadangan devisa tercatat sebesar US$146,9 miliar, meningkat dibandingkan dengan posisi pada akhir Agustus 2021 sebesar US$ 144,8 miliar.

Pergerakan IHSG juga ditopang oleh positivity rate Covid-19 yang terus melandai. Menurut Raditya, tingkat vaksinasi dan pelonggaran pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) juga memicu bergairahnya kembali perekonomian Indonesia bergairah kembali.

Berdasarkan perbaikan aspek-aspek makroekonomi tersebut, B-Trade menilai hal ini akan berdampak positif pada pergerakan IHSG, terutama pada kuartal IV-2021

“Menurut analisis kami, IHSG akan mencetak all time high dan menyentuh level psikologis 7.000 pada kuartal-IV tahun ini. Oleh karena itu, kami menilai pasar saham saat ini cukup resilient,” pungkas Raditya.

Namun, Raditya mengatakan, isu gelombang ketiga Covid-19 yang diperkirakan terjadi pada Januari 2022 bisa menjadi perhatian khusus. Hal ini harus diantisipasi oleh semua pihak dengan tetap menjaga protokol kesehatan. 

Selain itu, isu tapering yang akan dilangsungkan pada bulan November 2021 juga akan berdampak terhadap IHSG, walaupun dampaknya yang tidak terlalu signifikan. Sebab, komposisi asing saat ini udah tidak terlalu dominan di Bursa Efek Indonesia alias kurang dari 50%.

“Kondisi makroekonomi Indonesia saat ini yang cukup baik, membuat Indonesia siap untuk menghadapi efek tapering The Fed,” tutup dia.

Selanjutnya: IHSG terkoreksi 0,04% ke 6.655 pada Selasa (19/10), asing beli BBRI, ASII, BMRI

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Kiat Cepat Baca Laporan Keuangan Untuk Penentuan Strategi dan Penetapan Target KPI Banking and Credit Analysis

[X]
×