Reporter: Narita Indrastiti, Yudho Winarto | Editor: Yudho Winarto
JAKARTA. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) tergelincir di hari terakhir perdagangan tahun ini, Jumat (30/12). Mengacu data RTI, indeks ditutup terkoreksi 0,11% atau 5,855 poin ke level 5.296,711. Meski demikian, sepanjang tahun ini IHSG naik 15,32%.
Tercatat 172 saham bergerak turun, 150 saham bergerak naik, dan 100 saham stagnan. Perdagangan hari ini melibatkan 17,1 miliar lot saham dengan nilai transaksi mencapai Rp 9,62 triliun.
Lima dari 10 indeks sektoral menyeret IHSG ke zona merah di menit akhir perdagangan. Sektor barang konsumsi memimpin penurunan 1,82%. Sedangkan, aneka industri memimpin penguatan 1,74%.
Investor asing membukukan aksi beli pada perdagangan hari ini. Net buy asing tercatat Rp 97,920 miliar
Saham-saham yang masuk top losers LQ45 antara lain; PT Siloam International Tbk (SILO) turun 3,54% ke Rp 10.900, PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR) turun 3% ke Rp 38.800, dan PT Wijaya Karya (Persero) Tbk (WIKA) turun 2,88% ke Rp 2.360.
Saham-saham yang masuk top gainers LQ45 antara lain; PT Matahari Putra Prima Tbk (MPPA) naik 3,85% ke Rp 1.480, PT Astar International Tbk (ASII) naik 1,85% ke Rp 8.275, dan PT Bumi Serpong Damai Tbk (BSDE) naik 1,74% ke Rp 1.755.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution menutup perdagangan pasar modal hari ini, Jumat (30/12). Ia mengatakan, pertumbuhan IHSG menjadi yang tertinggi kedua di antara indeks se-Asia Pasific.
"Di tengah kekhawatiran dunia, apa yang kita capai pada IHSG patut kita banggakan. Pasalnya, di sepanjang tahun ini ini IHSG ditutup dengan mengalami kenaikan 15,32 %," ujarnya.
Direktur Utama BEI Tito Sulistio menambahkan, total penjaringan dana dari pasar modal, termasuk penawaran perdana saham (IPO), rights issue, waran, obligasi korporasi dan pemerintah di sepanjang tahun ini juga menyentuh rekor baru, mencapai Rp 668 triliun, tumbuh dibandingkan capaian tahun lalu sebesar Rp 473 triliun.
Darmin berharap di tahun depan akan lebih banyak jumlah investor yang berinvestasi di pasar modal, termasuk emiten baru yang melantai di bursa.
"Berita tidak bagusnya di tahun ini adalah jumlah IPO masih rendah. Keluar dari aspek kuantitas, kita lihat juga kualitasnya. Bicara soal Good Corporate Governance (GCG) skor kita masih tertinggal. Mudah-mudahan bursa efek kita makin berjaya di masa yang akan datang," tandasnya.
Tahun depan, BEI berharap bisa menggaet 30 emiten baru, dan meningkatkan nilai transaksi harian mencapai Rp 8 triliun per hari.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News