Reporter: Nisa Dwiresya Putri | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) beberapa kali mengalami kenaikan di awal tahun. Lazimnya momentum ini dikenal dengan January Effect. Setelah rekor bertubi-tubi di penghujung tahun 2017, akankah indeks terpapar January effect?
Vice President Indosurya Bersinar Sekuritas William Surya Wijaya menilai Januari menjadi titik awal memulai investasi. Investor mulai menyisihkan dana dan memilah apakah uang digunakan untuk investasi ataupun untuk modal kerja.
"Saat memilih untuk berinvestasi, pada investasi jangka panjang, mereka biasanya akan memilih skenario paling aman," ujarnya, Senin (2/1).
Karena itu, biasanya saham berkapitalisasi pasar besar menurut William akan menjadi pilihan. Ketika saham berkapitalisasi pasar besar aktif ditransaksikan, itu akan mendorong Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). "Kenaikan IHSG di momen inilah yang sering dikenal dengan istilah January Effect," jelasnya.
Meski demikian, William mengingatkan bahwa istilah January Effect seperti sebuah paradigma. Tidak bisa dipastikan selalu terjadi setiap tahunnya. Di tahun ini, William bilang tidak menutup kemungkinan akan terjadi January effect.
"Salah satunya karena kita tahu pertumbuhan IHSG cukup baik. Pengujung 2017 kemarin, IHSG ditutup di level 6.355,65, naik 19,99% selama periode year to date (ytd)," ucapnya
William melanjutkan momentum kenaikan IHSG ini bisa menjadi daya tarik bagi investor asing. Dengan demikian, tentunya emiten maupun Bursa Efek Indonesia (BEI) akan berupaya menjaga kondisi pasar yang bullish. Selain itu, di momentum awal ini harus ada impression yang baik agar kepercayaan investor bisa langgeng.
Oleh sebab itu secara psikologis, William melihat bahwa di awal tahun ada semangat baru. Begitu pula yang dimiliki perusahaan yang giat memperbaiki kinerja. Ditambah lagi, awal tahun ini akan banyak rilis laporan keuangan tahunan dari emiten.
"Tidak menutup kemungkinan IHSG akan mencoba menyentuh level 6.500 di Januari ini. Apalagi setelah Januari akan ada pergantian tahun baru imlek. Meskipun, pembukaan perdagangan awal tahun besok ada kemungkinan terjadi koreksi," tutur dia.
Tak bisa dipungkiri, IHSG yang sempat bertubi-tubi menyentuh rekor baru jelang tutup tahun 2017 akan menstimulus investor untuk merealisasikan profit. Mereka akan memindahkan dana yang dimiliki dari saham yang telah menguntungkan ke saham-saham yang lebih prospektif.
Namun, menurut WilliamWilliaminvestor tetap tidak keluar dari pasar saham, sehingga koreksi tak akan terjadi lama.
Pada Januari ini, William memprediksikan investor akan memilih saham dengan mempertimbangkan seluruh peluang dan risiko yang akan muncul di 2018.
Dengan mempertimbangkan sentimen yang mungkin muncul, di tahun ini sektor yang masih akan prospektif adalah consumer goods atau sektor konsumsi, sektor infrastruktur dan saham yang terkait infrastruktur, serta sektor perbankan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News