Reporter: Sugeng Adji Soenarso | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indek Harga Saham Gabungan (IHSG) selama sepekan kemarin sempat sampai pada level 7.000. Namun, pada akhir pekan IHSG ditutup pada level 6.954,96 atau menguat 0,14%. Bagaimana pekan depan? Apakah mampu konsisten di 7.000?
Untuk pekan depan, Head of Investment Research Infovesta Utama Wawan Hendrayana menilai dengan kondisi BI yang tidak menaikan suku bunga di tengah kenaikan suku bunga Amerika Serikat dan konflik Rusia-Ukraina yang belum ada titik terang penyelesaiannya sehingga harga komoditas masih cenderung tinggi dinilai masih mampu mendorong IHSG menembus 7.000.
Juga, akhir Maret umumnya banyak emiten yang akan melaporkan kinerja keuangan tahun 2021. Hal ini bisa menjadi katalis yang mendorong IHSG ke level 7.000.
Baca Juga: IHSG Diprediksi Lanjut Melemah pada Senin (20/3)
Hanya saja, Wawan memproyeksikan IHSG belum akan konsisten di level 7.000 selama pekan depan. Sebab, pekan depan dilihat support pertama IHSG di 6.900 dan support kedua di 6.820. "Juga IHSG sudah naik cukup tinggi, year to date naik 5%-6% sehingga profit taking suatu yang wajar," ujar dia kepada Kontan.co.id, Minggu (20/3).
Menurut Wawan, IHSG bisa konsisten di level 7.000 apabila ada katalis yang sangat kuat seperti PPKM yang diturunkan lebih menyeluruh dan aktivitas masyarakat lebih dibuka. Sebab, ia menilai saat ini fokusnya dari dalam negeri.
Secara umum, Wawan menegaskan penggerak IHSG pada pekan depan dari ekspektasi pertumbuhan ekonomi, utamanya jika PPKM bisa lebih diturunkan lagi levelnya. "Saya rasa sudah cukup terkendali varian omicron ini, jadi pemerintah lebih percaya diri membuka aktivitas masyarakat," katanya.
Namun, memang dia menilai masih ada beberapa tantangan, seperti kenaikan suku bunga AS, penurunan harga komoditas, dan juga kenaikan harga bahan baku yang berpeluang mengerek inflasi. "Kemarin, pemerintah telah membuka harga minyak goreng di pasar, pasti pengaruh ke inflasi di Maret, jadi itu mungkin salah satu katalis negatif yang bisa dilihat investor," sambung dia.
Baca Juga: Sejumlah Emiten LQ45 Melaporkan Kinerja Keuangan, Intip Rekomendasi Sahamnya
Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilianus Nico Demus juga menilai IHSG belum akan konsisten di level 7.000. Menurutnya, IHSG setelah mengalami gejolak volatilitas yang tinggi, pada akhirnya tetap mencatatkan penguatan bahkan yang tertinggi sepanjang masa meskipun kenaikan IHSG di level tertinggi hanya sementara sebelum tertutup dengan profit taking dari pasar.
"IHSG di pekan ini akan masih mencoba untuk mengalami penguatan meskipun ada potensi konsolidasi. IHSG akan bermain di rentang 6.930–7.035," katanya. Secara umum, Nico memandang price to earnings ratio (PER) IHSG saat ini masih terbilang wajar.
Nah, untuk pekan depan ia memandang ada beberapa sentimen, antara lain dari Amerika Serikat seperti S&P Global US PMI Manufacturing diproyeksi turun, lalu dari Eurozone seperti Consumer Confidence diproyeksi turun. Adapula dari China seperti 1yr & 5yr Loan Prime Rate diproyeksi sama dan dari Jepang seperti data PMI Manufacturing, PMI Composite, serta PMI Services.
Baca Juga: Pekan ini Menguat, Begini Proyeksi IHSG di Pekan Depan
Nico menyarankan investor harus tetap hati-hati meskipun IHSG melesat tinggi. Meningkatnya ketidakpastian di pasar, harus juga diikuti dengan membaiknya fundamental perekonomian Indonesia agar mampu menghadapi ketidakpastian itu nanti.
"Sejauh ini kami sangat senang, karena secara perhitungan fiskal berjalan, perekonomian Indonesia begitu luar biasa kuat dan stabil, sehingga memberikan daya tahan yang lebih besar. Namun ingat, dibutuhkan konsisten untuk bisa melewati ketidakpastian tersebut," papar dia.
Nico menambahkan, penguatan signifikan IHSG harus diikuti dengan fundamental ekonomi yang kuat sehingga lebih konsisten dan tidak memiliki volatilitas terlalu tinggi. Juga, Nico menyarankan tetap berinvestasi di sektor-sektor yang dominan pada tahun ini, bisa berdasarkan sentimen ataupun bisa juga berdasarkan program kerja pemerintah.
Baca Juga: Simak Rekomendasi Saham-Saham yang Punya Hubungan dengan GoTo
"Pilih saham yang memiliki fundamental baik, baik untuk jangka pendek maupun jangka panjang," katanya.
Sementara Wawan menyarankan menilai untuk investor dengan target jangka panjang maka tidak masalah kalau IHSG dan saham turun. Koreksi bisa menjadi waktu untuk membeli. Sementara untuk investor jangka pendek, terutama untuk saham dengan valuasi yang tinggi seperti komoditas dan teknologi, bisa mengedepankan mitigasi risiko dengan cut loss point yang jelas.
"Kalau untuk jangka panjang, saya sarankan saham-saham keuangan perbankan, telekomunikasi, consumer goods karena sedang murah akibat harga bahan baku naik. Contoh ICBP telah terkoreksi 10% lebih di minggu ini dan ini bisa menjadi entry point yang menarik," tutup Wawan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News