kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45903,33   4,58   0.51%
  • EMAS1.313.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

IHSG berpeluang menguat, simak empat penggerak utama pasar hari ini


Kamis, 17 Oktober 2019 / 07:46 WIB
IHSG berpeluang menguat, simak empat penggerak utama pasar hari ini
ILUSTRASI. Karyawan beraktivitas di dekat grafik pergerakan saham di gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Kamis (26/9/2019). Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan hari ini, Kamis (26/9/2019) ditutup menguat 1,37 persen ke level 6.230,33. ANTARA FOTO/R


Reporter: Yasmine Maghfira | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup menguat 11,43 poin atau naik 0,19% ke level 6.169,6 pada perdagangan Rabu (16/10). Sektor industri keuangan dan properti bergerak positif menjadi kontributor terbesar terhadap kenaikan IHSG kemarin. Sementara, investor asing mencatatkan penjualan bersih sebesar Rp 195,3 miliar. 

Lantas, bagaimana proyeksi IHSG pada perdagangan Kamis (17/10) hari ini?

Pilarmas Investindo Sekuritas memperkirakan IHSG berpeluang menguat. Namun, terdapat pula beberapa sentimen yang dapat memengaruhi para pelaku pasar sehingga bisa berdampak terhadap pergerakan IHSG.

Direktur Riset dan Investasi Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilianus Nico Demus menilai ada empat sentimen utama. Pertama, ada atau tidaknya kesepakatan terhadap Brexit. Pembicaraan Inggris dan Uni Eropa memang sudah memasuki tahap akhir. Namun, masih ada keraguan dari kedua belah pihak.

Baca Juga: Wall Street tertekan penurunan penjualan ritel AS bulan September

Pilarmas menilai kedua pihak masih tertahan dalam diskusi penting sehingga belum menemukan titik terang. Sementara, pelaku pasar berharap kesepakatan Inggris dan Uni Eropa dapat dicapai sebelum KTT Uni Eropa dilaksanakan pada akhir pekan ini. Jika tidak ada kesepakatan, maka PM Inggris Boris Johnson wajib memperpanjang proses Brexit hingga batas terakhir yaitu tanggal 31 Oktober mendatang. 

Sentimen kedua adalah keraguan pelaku pasar yang mulai muncul akan klaim kemenangan Amerika Serikat (AS) atas China. Kesepakatan antara kedua negara yang sempat membuat pasar sedikit lega, justru mulai dicurigai oleh pelaku pasar dan investor. Penyebabnya, pelaku pasar dan investor meragukan mengenai janji China untuk meningkatkan pembelian produk pertanian AS. Selama pembicaraan pekan lalu diantara dua negara, Trump mengatakan bahwa China setuju untuk membeli produk pertanian AS senilai US$ 40 miliar hingga US$ 50 miliar dalam kurun waktu dua tahun.

Namun, imbalan yang akan diberikan AS kepada China masih belum jelas. Di sisi lain, China mengatakan akan membeli produk pertanian AS berdasarkan permintaan dan harga pasar. Kendati demikian, Nico menilai masih belum rincinya kesepakatan keduanya membuat pasar meragu. Jika China konsisten dan benar adanya membeli produk pertanian AS, maka ini akan menjadi sentimen positif di tengah keraguan yang muncul.

Baca Juga: Proyeksi IHSG: Menunggu Kabinet Baru

Sentimen ketiga adalah laporan The Fed yang menyampaikan perang dagang antara AS dan China yang sudah memasuki 15 bulan lamanya membuat pertumbuhan ekonomi AS ikut terseret. Terbukti dari aktivitas manufaktur AS yang turun ke level terendah dalam kurun waktu 10 tahun. Data ekonomi tersebut dikumpulkan dari diskusi bank sentral AS serta seluruh pebisnis di dalam negeri AS. Data yang dirilis oleh Departemen Perdagangan AS juga menunjukkan bahwa penjualan ritel AS telah turun untuk pertama kalinya dalam kurun waktu tujuh bulan. 

Keempat, Nico menilai prediksi IMF mengenai pertumbuhan ekonomi negara emerging markets yang tertekan juga menjadi sentimen hari ini. IMF kembali menyampaikan mengenai pertumbuhan ekonomi emerging markets dan menyatakan hanya mencapai 3,9% tahun ini. Namun, pertumbuhan ekonomi akan kembali naik pada tahun 2020 menjadi 4,6%.

Sedangkan, untuk Indonesia diperkirakan hanya mampu tumbuh 5% pada tahun ini. Proyeksi tersebut sejalan dengan perkiraan Bank Dunia yang baru-baru ini juga memperkirakan angka pertumbuhan yang sama untuk Indonesia. Namun, Pilarmas melihat proyeksi angka tersebut tidak buruk karena Indonesia dinilai masih bisa bertumbuh di atas 5%. Hal itu tercermin juga dari fundamental ekonomi Indonesia yang cukup kuat di tengah ketidakpastian ekonomi global.

Berdasarkan sentimen-sentimen tersebut Pilarmas memproyeksi IHSG hari ini memiliki peluang bergerak menguat dan dapat diperdagangkan pada level 6.126-6.208.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×