kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

IHSG anjlok, perkembangan corona masih menjadi fokus pasar


Kamis, 10 September 2020 / 16:49 WIB
IHSG anjlok, perkembangan corona masih menjadi fokus pasar
ILUSTRASI. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup melemah 5,01% pada perdagangan Kamis (10/9).


Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup melemah 5,01% pada perdagangan Kamis (10/9). Bursa Efek Indonesia (BEI) sempat memberlakukan pembekuan sementara perdagangan (trading halt) selama 30 menit lantaran IHSG yang terjerembab hingga 5%.

Analis MNC Sekuritas Herditya Wicaksana menilai, pelemahan IHSG yang cukup signifikan hari ini terjadi di saat sejumlah bursa global bergerak positif. Adapun salah satu biang kerok pelemahan ini adalah respons pasar akibat penerapan kembali pembatasan sosial berskala besar (PSBB) oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta.

“Selain itu, memang dari sisi teknikal meskipun masih terdapat peluang rebound, pergerakan besarnya IHSG masih rentan terkoreksi,” terang Herditya kepada Kontan.co.id, Kamis (10/9).

Herditya menilai, isu seputar Covid-19 memang masih rentan untuk mempengaruhi bursa, baik IHSG maupun bursa global. “Dari MNC Sekuritas sebenarnya tidak ada perubahan target IHSG hingga akhir tahun. Target akhir tahun kami tetap di level 5.400-5.500,” kata Herditya.

Baca Juga: PSBB total kembali diterapkan di Jakarta, berikut saham pilihan Mirae Asset Sekuritas

Trading halt hari ini merupakan trading halt pertama setelah Maret 2020. Direktur Perdagangan dan Penilaian Anggota Bursa BEI Laksono Widodo menilai, anjloknya IHSG merupakan respons pasar atas penerapan kembali PSBB oleh Pemprov DKI Jakarta.

“Wajar, reaksi pasar terhadap PSBB ini. Dan memang sepertinya diperlukan untuk menjaga tingkat penularan Covid-19,” ujar Laksono. Meski demikian, Laksono menegaskan aktivitas perdagangan pra-pembukaan (pre-opening) tetap berlaku dan dapat dijalankan. 

Sebelumnya, otoritas bursa mengatakan belum akan mengembalikan jam perdagangan dan aturan auto rejection ke mode normal. Salah satu pertimbangan belum dikembalikannya jam perdagangan dan auto rejection ke mode normal adalah faktor pandemi Covid-19 yang berpotensi menimbulkan tekanan dan fluktuasi di pasar modal. “Potensi tersebut masih ada selama pandemi belum berlalu,” ujar Laksono.

Baca Juga: IHSG anjlok, ini aset pilihan Eastspring Investment

Adapun  saat ini, saham dengan rentang harga saham Rp 50-Rp 200 akan dikenakan auto rejection apabila naik 35% atau turun 7%  dalam satu hari.

Untuk saham dengan rentang harga Rp 200-Rp 5.000, akan kena auto rejection apabila naik 25% atau turun 7%. Kemudian, untuk saham dengan rentang harga di atas Rp 5.000, akan kena auto rejection apabila naik 20% atau turun 7%.

Herditya menilai, keputusan ini sudah tepat. Apalagi pagebluk Covid-19 masih menjadi momok dan berpotensi dapat menekan bursa kembali. Selain itu, masih ada potensi resesi yang juga mengancam berbagai negara termasuk Indonesia. 

Baca Juga: Sepanjang 2020 BEI telah lakukan 7 kali trading halt, ini rinciannya

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×