Reporter: Wuwun Nafsiah | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA) siap menyambut lonjakan penumpang pada hari raya Idul Fitri tahun 2014 pada Juli mendatang. Anak usaha GIAA, PT Citilink Indonesia, berencana meningkatkan penerbangan dari Bandara Halim Perdana Kusuma di Jakarta Timur untuk mengantisipasi lonjakan penumpang.
Kepala Riset Trust Securities, Reza Priyambada mengatakan hari raya Idul Fitri merupakan peristiwa yang terjadi setiap tahun. Demikian juga dengan musim libur sekolah dan ibadah haji. Oleh karena itu, lonjakan penumpang pun terjadi di setiap tahunnya.
“Nanti kita lihat apakah Garuda Indonesia bisa menambah penumpang dari musim hari raya dan libur sekolah tahun ini hingga lebih banyak dari tahun sebelumnya,” kata Reza. Lonjakan penumpang ini baru akan terlihat efeknya pada kinerja di kuartal III-2014. Sedangkan pendapatan dari penumpang yang menunaikan ibadah haji akan terlihat di kinerja kuartal IV-2014.
Selain itu, GIAA bukan pelaku satu-satunya pelaku di industri penerbangan. Meski minat masyarakat terhadap transportasi udara masih tinggi, penumpang mempunyai banyak pilihan. “Penumpang akan memilih pesawat yang sesuai dengan budget mereka,” imbuh Reza.
Satrio Utomo, Kepala Riset Universal Broker Indonesia mengatakan peristiwa-peristiwa seperti hari raya dan musim libur membuat masyarakat banyak melakukan perjalanan, baik di dalam maupun ke luar negeri. “Ini bisa menjadi katalis positif bagi GIAA,” kata Satrio. Apalagi, GIAA terus membuka rute perjalanan baru dan mendatangkan armada pesawat baru. GIAA pun perlu lebih banyak beriklan agar rute baru ini banyak diketahui masyarakat.
Reza mengatakan, GIAA dapat mencari lebih banyak penumpang lagi melalui kerjasama dengan agen atau dengan memberikan potongan harga untuk menarik minat penumpang. Namun, bertambahnya penumpang menurut Reza tidak akan berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja GIAA. Psalanya, masalah utama yang kini sedang dihadapi GIAA adalah pembengkakan biaya operasional.
Sementara, Satrio menambahkan, lawan utama GIAA saat ini adalah nilai dollar. Padahal, saat ini nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika tidak berbeda jauh dari tahun lalu. “Mereka mengeluarkan biaya bahan bakar dan perawatan mesin dengan dollar, sedangkan pemasukannya dari rupiah,” ujar Satrio.
Reza masih optimis volume penumpang GIAA tahun ini masih bisa tumbuh 10%-15% dari tahun lalu. Dengan asumsi ini, Reza memperkirakan pendapatan GIAA akan tumbuh 3%-5%. Sedangkan laba bersihnya tahun ini akan tumbuh sekitar 3%. Reza merekomendasikan hold saham GIAA dengan target harga Rp 500 per saham.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News