kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.740   20,00   0,13%
  • IDX 7.492   12,43   0,17%
  • KOMPAS100 1.159   4,94   0,43%
  • LQ45 920   6,72   0,74%
  • ISSI 226   -0,39   -0,17%
  • IDX30 475   4,06   0,86%
  • IDXHIDIV20 573   5,12   0,90%
  • IDX80 133   0,95   0,72%
  • IDXV30 141   1,37   0,98%
  • IDXQ30 158   1,02   0,65%

IBFN menyasar beragam pembiayaan


Sabtu, 17 Januari 2015 / 14:26 WIB
ILUSTRASI. Khasiat Tomat untuk Kesehatan Pria & Wanita, Bagus untuk Wajah, Jantung dan Imunitas


Reporter: Sinar Putri S.Utami | Editor: Yudho Winarto

JAKARTA. Arah perekonomian Indonesia yang semakin membaik memunculkan kepercayaan diri PT Intan Baruprana Finance Tbk (IBFN) untuk lebih ekspansif. Nah, untuk memuluskan rencana bisnisnya di tahun ini, perseroan telah menggalang dana lewat penawaran saham perdana alias initial public offering (IPO) pada Desember tahun lalu.

IBFN melepas 668 juta saham dari modal ditempatkan dan disetor penuh. Harganya dipatok Rp 288 per saham. Jadi, dari hajatan IPO, perusahaan mengincar dana segar sejumlah Rp 192,38 miliar.

Namun, yang akan masuk ke kantong IBFN hanya Rp 115 miliar, sebab sekitar Rp 77 miliar merupakan hasil penjualan saham milik pemegang saham lama IBFN, Asia Pacific Oppurtinity Fund Ltd. Mengacu prospektus IPO, IBFN akan menggunakan sekitar 50% dana hasil IPO untuk modal kerja pembiayaan.

Sisanya, untuk membayar utang usaha kepada kreditur dalam satu grup dan non-grup. Saat ini, IBFN memiliki kreditur grup yaitu, PT Intraco Penta Prima Services. Utang kepada Intraco sekitar Rp 200 miliar.

Manajemen IBFN menyatakan, dana IPO akan digunakan untuk membayar utang secara berurutan berdasarkan yang paling lama. Jika tak cukup, perusahaan akan melunasi sebagian utang lebih dahulu.

Direktur Utama IBFN Jap Hartono mengatakan, selama kuartal III-2014, penyaluran pembiayaan baru hanya naik 5% menjadi Rp 850 miliar. Menurutnya, pertumbuhan tipis lantaran bisnis yang dijalani IBFN berfokus pada sektor alat berat. Seperti diketahui, bisnis alat berat tengah terkendala akibat sektor pertambangan lesu dalam dua tahun terakhir.

Kendati demikian, Jap mengaku, pihaknya tak terlalu khawatir. Pasalnya, IBFN telah melakukan diversifikasi pembiayaan. "Saat ini, kami membiayai fifty-fifty antara sektor tambang dan non tambang. Selain itu, 80% dari new business kami berasal dari sektor non-group," katanya beberapa waktu lalu.

Adapun sektor non-tambang yang dibidik adalah perkebunan, transportasi, infrastruktur, konstruksi dan minyak dan bumi gas bumi (migas). IBFN juga menambah jenis produk dan merek alat berat yang dibiayai. Hasil dari ekspansi itu mampu mengerek kinerja IBFN.

Hingga akhir September 2014, perusahaan mampu membukukan laba bersih Rp 50 miliar, naik 70% year on year. IBFN juga melebarkan sayap bisnis. Sejak kuartal III lalu, perusahaan merambah sektor kesehatan. "Kami melakukan leasing peralatan kesehatan di beberapa rumah sakit besar," ungkapnya.

Namun, ia enggan buka-bukaan mengenai rumah sakit yang menjadi kliennya. Segmen usaha kesehatan berprospek bagus, lantaran bersifat defensif. Kendati demikian, IBFN masih yakin, sektor pertambangan bakal memberikan kontribusi cukup besar dalam penjualan alat berat.

Sebab, kandungan kekayaan bahan tambang masih merupakan tulang punggung sumber energi alternatif di luar minyak dan gas bumi. Apalagi, sejauh ini, penjualan alat berat di Indonesia masih dikontribusikan dari sektor pertambangan, terutama penjualan excavator dan dump trucks.

Pembiayaan naik 66% Dengan sejumlah diversifikasi itu, IBFN berani mematok target pembiayaan baru di tahun ini mencapai Rp 1,5 triliun. Jumlah itu naik 66,66% dibandingkan estimasi pembiayaan tahun lalu senilai Rp 1,1 triliun.

Direktur Keuangan IBFN Samuel Kendra menyebutkan, tahun lalu, perseroan menargetkan laba bersih Rp 60 miliar. Target itu naik dua kali lipat dari realisasi tahun 2013. Tahun ini, IBFN membidik laba bersih Rp 100 miliar. "Kami akan berupaya menurunkan cost of fund dan menaikkan selling price, supaya net interest margin (NIM) bisa terjaga," imbuh Jap.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×