Reporter: Benedicta Prima | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
Berdasarkan data RTI, dalam periode enam bulan terakhir, harga saham ARMY sempat menyentuh level tertinggi Rp 304 sebelum akhirnya turun menjadi level gocap dan disuspensi BEI pada 2 Desember 2019.
Di dalam saham ini, masyarakat memiliki 6,06 miliar saham. Bila menggunakan asumsi harga tertinggi dana masyarakat bisa mencapai Rp 1,84 triliun. Lalu, menyusut menjadi hanya Rp 303,06 miliar pada saat ARMY menjadi saham gocap. Dus, kerugian masyarakat mencapai Rp 1,54 triliun.
Kemudian, NUSA juga pernah mencapai level tertinggi Rp 95 sebelum mencapai level gocap pada 5 November 2019. Masyarakat menguasai 6,45 miliar saham NUSA. Dus, dengan harga tertinggi, dana masyarakat mencapai Rp 612,52 miliar. Kemudian menyusut menjadi Rp 322,38 miliar saat saham menjadi saham gocap. Dengan asumsi tersebut, masyarakat pemegang saham ini merugi Rp 290,14 miliar.
Baca Juga: Pulihkan kerugian kasus Jiwasraya, Kejagung bidik aset Benny Tjokro dan Heru Hidayat
RIMO juga menjadi saham gocap pada 7 November 2019. Padahal dalam enam bulan terakhir saham ini pernah mencapai harga tertinggi Rp 143. Dengan asumsi tersebut kerugian yang dialami masyarakat sebesar Rp 3,5 triliun dari 37,75 miliar saham yang dimiliki oleh masyarakat.
Sedangkan POSA menjadi saham gocap sejak 12 November 2019. Dalam enam bulan terakhir POSA sempat menyentuh harga tertinggi Rp 212 per saham. Dengan asumsi masyarakat masuk di harga tertinggi, maka mereka mengalami kerugian Rp 275,4 miliar. Adapun jumlah kepemilikan masyarakat di saham ini mencapai 1,7 miliar lembar saham atau setara 20,26%.
Bila ditotal, kerugian masyarakat yang memiliki dana di saham ini mencapai Rp 9,91 triliun.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News