kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45931,36   3,72   0.40%
  • EMAS1.320.000 -0,38%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Hati-Hati Terjebak, Pergerakan Saham IPO Sulit Ditebak


Kamis, 09 Februari 2023 / 06:35 WIB
Hati-Hati Terjebak, Pergerakan Saham IPO Sulit Ditebak


Reporter: Yuliana Hema | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bursa Efek Indonesia (BEI) mengincar 57 initial public offering (IPO) sepanjang tahun ini. Jumlah tersebut sedikit lebih rendah ketimbang realisasi IPO tahun lalu yang mencapai 59 emiten baru, lebih tinggi ketimbang target awal 55 emiten baru. 

Sejak awal tahun 2023, perhelatan IPO sudah ramai. Hingga Rabu (8/2), ada 17 emiten baru yang melantai di BEI. 

Kemarin, Rabu (8/2) empat emiten baru mencatatkan saham di BEI. Meski kompak listing di hari yang sama, keempat saham ini punya nasib berbeda pada hari perdana. PT Halo Jane Tbk (HALO) melaju paling kencang dengan kenaikan 17% ke level harga Rp 117. Diikuti oleh PT Pelita Teknologi Global Tbk (CHIP) yang menutup debut dengan kenaikan 10% ke posisi harga Rp 176.

Sementara itu, PT Vastland Indonesia Tbk (VAST) dan PT Solusi Kemasan Digital Tbk (PACK) justru ambruk pada hari pertamanya di BEI. Saham VAST merosot 6,48% ke posisi Rp 101. Sedangkan PACK ambles 9,88% ke level harga Rp 146. 

Baca Juga: Simak Daftar 38 Perusahaan yang Hendak IPO dan Melantai di BEI

Tidak hanya emiten tahun ini, dalam catatan Kontan.co.id, setidaknya ada 27 saham yang longsor pasca-IPO di 2022. Penurunan paling dalam dialami oleh OLIV yang anjlok 74% ke Rp 26. Menyusul NANO yang tersungkur 73% dan KLIN turun 69% ke Rp 31. Padahal ketiganya, memasang harga IPO di Rp 100 per saham. 

Bukan hanya masalah penurunan harga saham, pasalnya ada perusahaan yang mulai nakal. Misalnya, ada pemegang saham ZATA yang melakukan transaksi selama periode lock up

Pengamat Pasar Modal sekaligus Direktur Avere Investama, Teguh Hidayat menyatakan dirinya kurang setuju dengan banyaknya perusahaan yang melakukan IPO. 

"Saya kurang setuju banyak banget IPO karena rata-rata kurang bagus perusahaannya," tegas Teguh. 

Baca Juga: Catatan dan Rekomendasi Analis untuk Saham Baru di BEI: VAST, HALO, PACK, dan CHIP

Sementara, Direktur Infovesta Utama Parto Kawito bercerita sudah puluhan tahun dirinya tidak mengoleksi saham IPO karena tidak bisa ditebak pergerakan harga sahamnya. 

"Selain itu penjatahannya tidak transparan, walaupun ada laporan dari underwriter ke OJK, tapi nyatanya kinerja saham di hari listing tidak mencerminkan kondisi saat IPO," tuturnya kepada Kontan.co.id, Rabu (8/2). 

Agar tidak terjebak, Parto menyarankan investor untuk mempelajari fundamental perusahaan serta menelaah prospek industri dan perusahaan. Terakhir investor juga perlu mencermati rekam jejak penjamin emisinya. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×