Reporter: Anna Suci Perwitasari, Asep Munazat Zatnika K, KONTAN | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Satu per satu kongsi bisnis Hary Tanoesoedibjo dan Siti Hardiyanti berakhir. Setelah berpisah di PT Televisi Pendidikan Indonesia yang kini bernama MNC TV, kedua pebisnis itu kini "bercerai" di PT Citra Marga Nusaphala Persada Tbk (CMNP). Jika di MNC TV Hary bertahan, di CMNP ia memutuskan untuk melepas saham CMNP milik PT Bhakti Investama Tbk (BHIT).
Dalam keterbukaan ke bursa, Darma Putra, Direktur BHIT menjelaskan, perusahaan yang dikendalikan Hary telah melepas 12,16% kepemilikan CMNP seharga Rp 2.100 per saham. Harga penjualan itu lebih tinggi daripada kisaran harga saham CMNP di bursa selama pekan lalu, yaitu Rp 1.300-Rp 1.400 per saham.
"Kami melepas 243,176 juta saham pada 27 Desember lalu," kata Darma. Dengan harga jual Rp 2.100 per saham, berarti BHIT mengantongi fulus sekitar Rp 510,66 miliar.
Darma tidak menjelaskan, kepada siapa BHIT menjual saham CMNP. Namun spekulasi yang beredar di bursa, saham milik BHIT itu diambilalih oleh Robby Sumampaw, pemegang saham lain di CMNP. Setelah penjualan tersebut, BHIT masih memiliki sekitar 72,06 juta saham CMNP atau setara 3,6%.
Sejak berseteru dengan Siti Hardiyanti alias Mbak Tutut dalam kasus perebutan saham TPI, BHIT memang terus mengurangi porsi sahamnya di CMNP. Pada Oktober tahun lalu, BHIT juga melepas 1.481.500 saham atau 0,07% saham CMNP ke pasar.
Tanpa wakil
Saat ini, posisi BHIT di CMNP memang semakin terpinggirkan. Bukti yang paling mudah terlihat adalah BHIT kendati berstatus sebagai pemegang saham CMNP kedua terbesar, setelah Mbak Tutut yang menguasai 30% saham, BHIT tidak bisa menempatkan perwakilannya di jajaran direksi.
Sebelum perseteruan di MNC TV, selain mendapat jatah direktur dan komisaris di CMNP, BHIT juga menjadi nakoda di anak perusahaan CMNP yaitu PT Citra Margatama Surabaya. "Sejak tahun 2008 kami sudah tidak dapat posisi di CMNP," ujar seorang pejabat BHIT ke KONTAN.
Konflik antara Hary dan Tutut sempat merembet ke para pengelola emiten itu. BHIT sebagai pemegang saham, Juli 2010 silam, melaporkan Direktur Utama CMNP, Shadik Wahono ke Polda Metro Jaya dengan tudingan menyelewengkan dana CMNP.
Shadik menyerang balik Hary. Desember lalu, ia mengadukan Hary ke Polda Metro Jaya dengan tuduhan membuat laporan palsu.
Terlepas dari konflik Hary versus Tutut dan Shadik, kinerja CMNP terbilang bagus. Sampai akhir kuartal III 2010, pengelola jalan tol Ir Wiyoto Wiyono (Cawang-Tanjung Priok) serta Tol Lingkar Dalam Jakarta ini meraih pendapatan senilai Rp 550,41 miliar. CMPN pun meraih laba bersih Rp 480,37 miliar, naik hampir 400% daripada kuartal III 2009.
Irwan Ariston Napitupulu, pengamat pasar modal menilai, penjualan saham CMNP milik BHIT seharga Rp 2.100 akan membawa dampak positif terhadap CMNP. "Saham CMNP cukup baik untuk investasi. Prospek bisnis jalan tol tetap menarik di tahun depan. CMNP bisa ke Rp 2.500 per saham," kata dia, kemarin (2/1).
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News