Reporter: Ika Puspitasari | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Saham PT Soho Global Health (SOHO) terkoreksi 6,92% ke harga Rp 11.775 pada penutupan perdagangan Kamis (24/9). Pada perdagangan sebelumnya, saham emiten produsen suplemen kesehatan Imboost ini juga terkena auto reject bawah.
Sebagai informasi, saham SOHO dibuka dengan harga penawaran Rp 1.820 per saham atau naik 24,73% pada perdagangan perdana pada Selasa (8/9) yang lalu. Dengan kata lain harga saham SOHO sudah melejit 546,97% sejak perdagangan perdana.
Stefanus Adrian Chandra Wijaya, Equity Analyst Phillip Sekuritas mengatakan, penurunan harga saham SOHO dalam beberapa waktu terakhir ini karena ada aksi profit taking dari pembeli yang telah membeli saat pasar perdana. Ia memprediksi harga saham SOHO masih akan tertekan aksi profit taking ke depannya.
Baca Juga: Dibayangi volatilitas harga minyak, simak rekomendasi saham Medco Energi (MEDC)
Pasalnya, kenaikan harga saham hampir 6 kali lipat sejak IPO tidak diikuti perubahan signifikan pada fundamental perusahaan dan harganya sudah terbilang sangat mahal. Saat ini price earning ratio (PER) SOHO tercatat 82,53 kali dan price to book value (PBV) 7,45 kali.
Menurut Stefanus, jika melihat saat IPO harga saham SOHO cukup menarik dengan ditawarkan dengan PER 11 kali yang cenderung lebih rendah dari industri, ditambah pula dengan profitabilitas yang baik.
Lebih lanjut ia menjelaskan, saham SOHO atau saham IPO lainnya bisa naik begitu signifikan lantaran tingginya investor yang berspekulasi pada saham-saham IPO dan berharap kenaikan harga jangka pendek.
Terlebih, pada Soho Global Health dimana memang bergerak dalam bidang kesehatan yang pada masa pandemi diharapkan penjualannya akan meningkat signifikan. Hal tersebut, sambungnya, tentu bakal meningkatkan permintaan investor di pasar sekunder.
Baca Juga: Emiten makanan-minuman dinilai aman dari sentimen resesi dan PSBB
"Kenaikan harga yang sangat tinggi pada SOHO sendiri terjadi karena di satu sisi perusahaan memiliki market cap kecil, saat perdagangan di bursa pun, pihak yang telah membeli di saham perdana cenderung menyimpan sahamnya dan tidak banyak menjual sahamnya ke publik," ungkapnya ketika dihubungi Kontan, Kamis (24/9).