kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,14   10,84   1.19%
  • EMAS1.343.000 -0,81%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Harga timah tertekan spekulasi kelesuan permintaan


Selasa, 30 April 2013 / 08:37 WIB
Harga timah tertekan spekulasi kelesuan permintaan
ILUSTRASI. Simak kurs dollar-rupiah di BRI jelang tengah hari ini, Rabu 17 November 2021. KONTAN/Cheppy A. Muchlis


Reporter: Agung Jatmiko | Editor: Wahyu T.Rahmawati

JAKARTA. Harga timah terkoreksi tajam akhir pekan lalu, terpicu rilis data ekonomi mengecewakan dari Amerika Serikat (AS) dan China, yang merupakan importir terbesar logam industri ini.

Harga nikel di London Metal Exchange (LME) untuk pengiriman tiga bulan ke depan, Jumat (26/4), turun 1,66% menjadi US$ 20.775 per metrik ton, dibanding hari sebelumnya. Namun, selama sepekan, harga timah naik 0,12%.

Hanya bila dibandingkan dengan harga akhir tahun lalu, harga timah anjlok 11,22%. Harga timah saat ini pun lebih rendah dibanding harga rata-rata sejak akhir 2012 di angka US$ 23.533 per ton.

Permintaan logam industri dikhawatirkan akan semakin berkurang. Rilis data produk domestrik bruto (PDB) AS Kuartal I-2013 menyebutkan, PDB AS 2,5%, di luar ekspektasi para analis yang memprediksi angka 3%.

Pertumbuhan ekonomi AS yang di bawah perkiraan masih membebani pasar. Awal pekan lalu, HSBC Flash Manufacturing PMI China bulan April menunjukkan penurunan, dari sebelumnya 51,6 menjadi 50,5. Rilis data ini pun menahan harga timah.

Ibrahim, analis senior Harvest International Futures mengatakan, pergerakan harga timah kemungkinan masih akan terus turun. Prospek pertumbuhan ekonomi, khususnya sektor industri masih mengkhawatirkan. Kekhawatiran ini muncul saat rilis indeks manufaktur dari AS, China dan Jerman menunjukkan penurunan pekan lalu.

Data ekonomi dari AS dan China, importir terbesar logam industri di dunia, serta Jerman yang merupakan negara ekonomi terbesar di Eropa berpengaruh terhadap sentimen yang beredar di pasar. "Saat ada indikasi perlambatan ekonomi di tiga walayah ini, maka pasar berspekulasi bahwa permintaan akan semakin turun," kata Ibrahim.

Ibrahim juga menyorot krisis geopolitik di Semenanjung Korea. Ketegangan antara Korea Selatan dengan Korea Utara berimbas pada penutupan zona industri gabungan Kaesong.

Penutupan ini, menurut Ibrahim, merupakan pukulan bagi produsen timah seperti Indonesia dan Australia, karena Kaesong mengimpor timah dalam jumlah banyak. Sampai akhir pekan ini, Ibrahim memprediksikan, harga timah turun menjadi US$ 20.135-US$ 20.902 per ton.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Success in B2B Selling Omzet Meningkat dengan Digital Marketing #BisnisJangkaPanjang, #TanpaCoding, #PraktekLangsung

[X]
×