Reporter: RR Putri Werdiningsih | Editor: Dupla Kartini
JAKARTA. Di awal tahun ini harga komoditas timah gagal mempertahankan lajunya. Setelah melesat hingga 44% sepanjang 2016, harga timah justru mengalami pelemahan sejak awal tahun. Jika dihitung dari awal 2017 sampai saat ini, harga timah sudah terkoreksi 6,08%.
Mengutip Bloomberg, Kamis (2/2), harga timah kontrak pengiriman 3 bulan di London Metal Exchange (LME) ditutup turun 0,05% ke level US$ 19.840 per metrik ton dibanding hari sebelumnya. Sedangkan kalau dibandingkan sepekan lalu, harga sudah tergerus hingga 0,68%.
Sebenarnya di awal Januari, timah masih mampu mempertahankan penguatannya di kisaran US$ 21.000 per metrik ton. Harga baru mulai menunjukkan tren pelemahan menjelang pelantikan Presiden Amerika Serikat (AS) ke 45 Donald Trump pada 20 Januari 2017. Tercatat mulai 19 Januari harga mulai masuk ke level US$ 20.000 per metrik ton.
Andri Hardianto, analis PT Asia Tradepoin Futures mengatakan, pelemahan yang terjadi saat itu disebabkan pasar memang tengah menanti arah kebijakan Trump. Menurutnya, kalau kebijakan politikus partai Republik itu telah pasti, pergerakan harga akan kembali normal.
Namun kenyataannya, di lain pihak timah justru mendapatkan sentimen negatif dari keputusan pemerintah Indonesia untuk memberikan kelonggaran ekspor minerba termasuk timah. “PT Timah ingin meningkatkan produksinya. Adanya tambahan produksi diperkirakan akan menambah pasokan di pasar global sehingga harga pun tertekan,” ujarnya, Jumat (3/2).
Tak hanya Indonesia, isu penambahan pasokan juga datang dari China. Negeri Tirai Bambu itu berencana menghapuskan pajak ekspor timah yang selama ini ditetapkan sekitar 10%. Kelonggaran aturan ini mau tak mau berpotensi menimbulkan peningkatan pasokan di timah secara global.
Kata Andri, peningkatan pasokan yang tidak diimbangi dengan kenaikan permintaan itulah yang membuat harga semakin tertekan di bulan Januari. Meski tahun ini kebutuhan timah di industri industri smartphone berpotensi naik hingga 4,5%, tetapi pengaruhnya belum bisa langsung dirasakan. Kemungkinan pengaruh kenaikan permintaan dari industri smartphone baru akan dirasakan dalam jangka menengah.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News