kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Harga timah merosot ke level terendah sepanjang tahun


Senin, 09 Juli 2018 / 19:34 WIB
Harga timah merosot ke level terendah sepanjang tahun
ILUSTRASI. Timah Batangan


Reporter: Grace Olivia | Editor: Sanny Cicilia

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Mengawali paruh kedua tahun ini, harga timah berjangka terus merosot. Tingginya tingkat pasokan disertai dengan spekulasi negatif investor di tengah gejolak perang dagang membuat harga komoditas logam industri ini semakin loyo.

Mengutip Bloomberg, Jumat (6/7), harga timah untuk kontrak pengiriman tiga bulanan di London Metal Exchange (LME) ditutup melemah 0,51% ke level US$ 19.325 per metrik ton. Ini merupakan posisi harga timah terendah sepanjang tahun, bahkan sejak Juli 2017. Dalam sepekan terakhir, harga timah sudah mengalami penurunan sebesar 2,15%.

Awal tahun, tepatnya pada Januari lalu, harga timah sejatinya sempat melonjak hingga menyentuh US$ 21.900 per metrik ton. Andri Hardianto, analis PT Asia Tradepoint Futures, menjelaskan, kenaikan harga terjadi karena adanya penurunan ekspor timah dari Indonesia akibat terhambatnya produksi di musim penghujan.

"Memasuki Maret harga mulai terkoreksi, tapi penurunan harga lebih karena faktor teknikal. Baru mulai Mei, harga makin turun karena isu perang dagang AS tereskalasi," ujar Andri, Senin (9/7).

Andri berpendapat, tensi perang dagang antara AS dan China membuat para investor memilih melepas investasi pada aset komoditas yang memang dikenal berisiko. Seperti yang diketahui, China selama ini merupakan produsen sekaligus konsumen terbesar timah sehingga dampak perang dagang dikhawatirkan dapat memukul tingkat permintaan negeri Tirai Bambu tersebut.

Selain itu, tekanan pada harga timah juga berasal dari segi pasokan yang terus meningkat. Menurut data Kementerian Perdagangan RI, total volume ekspor Timah Indonesia sepanjang Mei lalu tercatat mencapai 12.493 ton atau melonjak 204,9% dari volume ekspor pada bulan sebelumnya yaitu 4.098 ton.

"Kenaikan ekspor timah ini, jika tidak disertai penyerapan yang tinggi juga, mungkin saja menimbulkan potensi oversuplai di waktu yang akan datang," kata Andri.

Memang, Andri bilang, sebagai negara eksportir timah terbesar di dunia, Indonesia masih memiliki pangsa pasar lain. Bahkan, pasar China mulai berkurang dan bergeser ke negara Asia lainnya seperti Jepang, Korea, maupun Eropa Timur dan Turki.

Terbukti, data Kemendag menunjukkan, volume ekspor timah Indonesia ke Jepang sepanjang Mei naik dari 155,4 ton menjadi 1.596 ton. Sementara, ekspor ke Korea juga bertambah dari 701 ton menjadi 1.506 ton.

"Masalahnya, apakah permintaan negara lain tersebut mampu menutupi permintaan China yang berkurang. Soalnya, serapan timah China itu luar biasa besar, lebih dari 50%," jelas Andri.

Andri menilai, saat ini, pelaku pasar cenderung menutup mata dari faktor fundamental komoditas, termasuk timah. Kecuali, faktor yang sifatnya seperti penutupan tambang atau anjloknya pasokan. Adapun, harga timah diproyeksi masih berpotensi melanjutkan pelemahan lantaran pasar masih bersikap spekulatif dan cenderung mengamankan portofolio di tengah potensi risiko perang dagang.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×