Reporter: RR Putri Werdiningsih | Editor: Dupla Kartini
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Penurunan volume ekspor timah Indonesia selama kuartal I 2018 membawa angin segar bagi pergerakan harga timah. Harga logam industri itu langsung melejit hingga 2%. Bahkan diyakini tren positif ini mampu bertahan hingga akhir kuartal II 2018.
Mengutip Bloomberg, pada penutupan perdagangan Selasa (17/4) harga timah kontrak pengiriman tiga bulanan di London Metal Exchange (LME) naik 2,14% ke level US$ 21.475 per metrik ton. Jika dibandingkan sepekan sebelumnya, harganya telah menanjak 2,87%.
"Harga menguat karena permintaan cukup tinggi, tetapi tidak diimbangi pasokan," ujar Andri Hardianto, analis PT Asia Tradepoint Futures kepada Kontan.co.id, Rabu (18/4).
Realisasi ekspor PT Timah Tbk masih rendah. Dari target ekspor 80.000 ton, ternyata hingga saat ini realisasinya hanya 5.000 ton. Kata Andri, penurunan ekspor juga terjadi pada beberapa produsen lainnya.
Menurutnya, sebagai pengekspor timah nomor tiga terbesar di dunia, penurunan ekspor Indonesia berpengaruh signifikan. Apalagi saat ini tingkat permintaan cukup tinggi. Sektor elektronik, telepon pintar dan komponen baterai sedang berkembang cukup pesat.
"Permintaan global masih cukup tinggi," imbuhnya.
Ini tercermin dari produksi industri Amerika Serikat (AS) bulan Maret yang tumbuh di atas ekspektasi. Awalnya diperkirakan hanya akan naik 0,3%, tetapi kenyataannya mencapai 0,5%. Begitu juga dengan sektor konstruksi dan manufaktur China bulan Maret yang mencatatkan pertumbuhan 6,3%.
Andri meyakini persoalan pasokan masih akan menjadi katalis positif hingga kuartal II. Dalam perhitungannya pada akhir Juni nanti, harga timah bisa mencapai level US$ 21.500 per metrik ton.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News