kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Harga Timah dalam Tren Penguatan, Intip Rekomendasi Saham Timah (TINS)


Kamis, 10 Maret 2022 / 16:44 WIB
Harga Timah dalam Tren Penguatan, Intip Rekomendasi Saham Timah (TINS)
ILUSTRASI. Aktivitas pekerja?PT Timah Tbk.


Reporter: Hikma Dirgantara | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Timah menjadi salah satu komoditas yang harganya ikut melambung belakangan ini. Tercatat, harga timah di London Metal Exchange (LME) kontrak pengiriman tiga bulan pada hari ini berada di US$ 44.205 per metrik ton. Jika dihitung sejak akhir tahun, harga ini secara year to date telah menguat 13,75%.

Tren harga timah yang sedang tinggi dinilai akan menjadi katalis positif bagi emiten produsen timah seperti PT Timah Tbk (TINS). Head of Equity Trading MNC Sekuritas Medan Frankie Wijoyo Prasetio mengatakan, laju kenaikan harga timah tersebut akan menopang kinerja emiten pelat merah tersebut pada tahun ini. 

Ia berkaca dari kinerja TINS pada kuartal III-2021, walau mengalami penurunan pendapatan dari total penjualan, TINS masih bisa membukukan laba bersih Rp 611 miliar, yang membalikkan keadaan rugi pada kuartal yang sama tahun 2020. 

“Jadi diproyeksikan pula dengan kenaikan harga timah yang jauh lebih tinggi dari tahun lalu, TINS bisa kembali mendulang pendapatan yang optimal tahun ini,” kata Frankie ketika dihubungi Kontan.co.id, Kamis (10/3).

Baca Juga: Simak Rekomendasi Saham Emiten Sawit di Tengah Sentiment Kenaikan DMO CPO

Frankie meyakini, harga timah pada tahun ini masih akan tetap tinggi. Terlebih dengan industri otomotif khususnya kendaraan listrik (EV) terus berkembang di mana industri ini memang secara signifikan memerlukan timah dalam proses produksinya.

Sementara analis OCBC Sekuritas Inav Haria Chandra dalam risetnya pada 9 Februari menulikan, pada tahun ini, TINS berpotensi kembali mencatatkan penjualan timah yang normal di kisaran 30.000 - 35.000 pada tahun ini. 

Adapun, kinerja TINS pada tahun 2021 kurang optimal lantaran per akhir September 2021, jumlah penjualannya hanya mencapai 19.000 ton, atau turun 58% secara year on year. Namun, setidaknya, TINS berhasil mencatatkan pertumbuhan secara kuartalan setelah mencapai level terendahnya pada kuartal I-2021 silam.

“Pertumbuhan kuartalan tersebut masih akan berlanjut pada kuartal IV-2021. Jika melihat data ekspor timah terbaru Indonesia yang naik 10% secara kuartalan, kami memproyeksikan volume penjualan timah pada 2021 akan mencapai 26.000 ton,” kata Inav dalam risetnya.

Baca Juga: Trafik Mulai Pulih, Simak Rekomendasi Saham Jasa Marga (JSMR) dari Analis Berikut

Sementara pada tahun 2022, Inav meyakini TINS akan mampu membukukan volume penjualan hingga 32.000 ton. Menurutnya, kenaikan volume tersebut tidak akan membuat TINS harus mengorbankan Average Selling Price (ASP) jadi lebih rendah. Apalagi, pada tahun ini, ekspor timah Indonesia yang masih rendah akan menjadi isu kurangnya pasokan timah global.

Inav menjelaskan, saat ini pemerintah masih menunda persetujuan proses Rencana Kerja dan Anggaran Biaya (RKAB) beberapa perusahaan privat, kemungkinan mengenai laporan eksplorasi yang belum lengkap. Padahal, persetujuan tersebut diperlukan agar para perusahaan mendapat izin ekspor. 

 

Dengan belum adanya jadwal yang jelas soal keluarnya persetujuan tersebut, keterlambatan ini dinilai akan mengurangi pasokan timah global pada tahun ini. Terlebih lagi, perusahaan privat ini berkontribusi terhadap 67% dari total volume ekspor timah Indonesia pada tahun lalu. 

“Alhasil, ini akan membuat ASP menjadi lebih tinggi seiring dengan ketatnya pasokan timah global,” imbuhnya. 

Lebih lanjut, Inav juga meyakini akan ada upside tambahan untuk TINS pada paruh kedua tahun ini seiring dengan TSL Ausmelt Furnace yang segera beroperasi pada kuartal III-2022. Smelter baru ini dinilai memiliki efisiensi biaya produksi yang lebih baik sehingga bisa menjadi katalis positif untuk TINS. 

Sedangkan Frankie menilai, TSL Ausmelt Furnace akan ikut turut mendongkrak kinerja TINS sendiri. Dengan nilai investasi mencapai US$ 80 juta, dari smelter ini memiliki kapasitas peleburan sampai 40 ribu ton timah per tahun, dengan proyeksi pendapatan sebesar US$ 126,31 juta.

Pada tahun ini, Inav memproyeksikan TINS bisa membukukan pendapatan sebesar Rp 19,8 triliun dengan laba bersih Rp 1,26 triliun.

Inav pun memberikan rekomendasi beli untuk saham TINS dengan target harga Rp 1.900 per saham. Setali tiga uang, Frankie juga merekomendasikan untuk beli saham TINS dengan target harga Rp 1.800 per saham.

“Jika dilihat dari katalis yang ada, saham TINS masih cukup menarik. Walau memang terjadi koreksi yang kemungkinan besar akibat aksi profit taking semenjak dua hari lalu,” tutup Frankie.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×