Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Wahyu T.Rahmawati
Jika Trinugraha Capital memiliki 100% saham BFIN setelah tender offer, maka Trinugraha Capital akan mengalihkan saham tersebut kepada pihak lain atau BFIN dapat melakukan penerbitan saham baru, sehingga BFIN segera dapat memenuhi ketentuan bursa efek.
Adapun harga saham BFIN berada di posisi Rp 1.300 atau ditutup turun Rp 20 (1,52%) pada perdagangan Senin (14/3) ini. Menurut Wawan, harga saham BFIN memang akan cenderung terkoreksi mendekati harga tender offer.
Analis Kiwoom Sekuritas Indonesia Abdul Azis Setyo Wibowo menambahkan bahwa pergerakan saham BFIN bisa saja turun lantaran harga penawaran berada di bawah harga saham saat ini. Terlebih, Azis menilai saham BFIN sekarang secara valuasi price to book value (PBV) sudah di atas rata-rata lima tahun yang mengindikasikan saham BFIN sudah overvalued.
Baca Juga: Kinerja Pulih, Simak Rekomendasi Untuk Saham Sektor Multifinance
Namun secara teknikal, Azis memandang saham BFIN memiliki potensi penguatan terbatas. Oleh sebab itu, dia lebih merekomendasikan pelaku pasar untuk wait and see terlebih dulu. "Melihat bagaimana pergerakan saham yang terjadi, jika ada penguatan bisa dilakukan trading buy," ujar Azis.
Sementara itu, Equity Analyst Kanaka Hita Solvera William Wibowo menilai secara teknikal saham BFIN saat ini masih di fase konsolidasi dan hendak menguji resistance di Rp 1.375. Mengingat hari ini harga menolak untuk naik dan Indikator Stochastic mengarah ke bawah, maka ada potensi harga akan melanjutkan penurunan, menguji support penting di area Rp 1.210 per saham.
Menurut William, para investor dapat memanfaatkan peluang untuk menambah posisi dengan memakai strategi buy on weakness. Mengingat BFIN secara timeframe yang lebih besar masih berpotensi untuk melanjutkan penguatannya.
Baca Juga: Pengajuan Restrukturisasi Pembiayaan Multifinance Tunjukkan Tren Melandai
"Investor juga dapat mempertimbangkan potensi deviden yang akan diperoleh mengingat tahun lalu kinerja BFIN yang semakin solid dan kondisi ekonomi Indonesia yang semakin baik," sebut William.
Senada, Azis juga berpandangan bahwa kinerja multifinance membaik, didorong pulihnya kondisi ekonomi. Sehingga untuk kinerja bisnis, masih ada potensi membukukan raihan positif.
"Tetapi perlu di cermati juga risiko yang ada karena daya beli yang belum pulih total bisa menjadi faktor resiko dari lini bisnis BFIN," ujar Azis.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News