Reporter: Akmalal Hamdhi | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Harga tembaga terdampak kekhawatiran berkurangnya permintaan dari China. Harga komoditas logam ini diperkirakan masih sulit untuk bangkit.
Presiden Komisioner HFX International Berjangka Sutopo Widodo mengatakan, tembaga dan logam industri lainnya terpukul oleh berlanjutnya kekhawatiran atas permintaan dari importir komoditas utama Tiongkok. Hal itu terjadi setelah negara tersebut mencatat pertumbuhan yang lebih lambat dari perkiraan pada kuartal kedua 2024.
“Kekhawatiran atas perlambatan permintaan diperparah oleh lemahnya data aktivitas manufaktur dari AS, Jepang dan Jerman yang menunjukkan aktivitas industri melemah,” ujar Sutopo kepada Kontan.co.id, Senin (29/7).
Baca Juga: Harga Tembaga Menuju Penurunan Mingguan Ketiga, Dipicu Kekhawatiran Permintaan China
Sutopo menuturkan, harga tembaga berjangka turun terendah sejak awal April, karena kerugian besar di pasar ekuitas mendorong pasar keuangan menuju mode risk-off atau menghindari risiko. Adapun harga tembaga tiga bulan di London Metal Exchange (LME) turun 0,12% menjadi US$ 9.111,50 per ton, per 26 Juli 2024.
Kekhawatiran utama konsumen tertuju pada lemahnya permintaan. Hal ini disebabkan kurangnya langkah-langkah kebijakan yang kuat dan tegas untuk memperkuat perekonomian dan merevitalisasi sektor real estat Tiongkok, sehingga memberikan tekanan yang serius pada harga tembaga.
Pengamat Mata Uang dan Komoditas Lukman Leong mengamini bahwa data ekonomi China yang tumbuh jauh di bawah harapan sangat menekan harga komoditas pada umumnya. Hal itu mengingat China sebagai konsumen tembaga olahan terbesar di dunia.
Baca Juga: Penjualan Meningkat, Laba Bersih Amman Mineral (AMMN) Melesat
Data pertumbuhan ekonomi Korsel yang meleset dari perkiraan minggu lalu ikut memicu kekhawatiran perlambatan yang menyeluruh di kawasan Asia, terlebih kekhawatiran perang dagang dengan Amerika Serikat (AS) dan sentimen negatif seputar microchip oleh Trump juga ikut membebani.
Menurut Lukman, dengan perkembangan akhir-akhir ini, sulit bagi tembaga untuk kembali di atas level harga US$ 10.000 per ton. Harapan bagi harga berasal dari ekspektasi pemangkasan suku bunga the Fed masih tetap kuat dan bisa sedikit mendukung harga.
“Akhir tahun harga tembaga diperkirakan akan berkisar US$ 9.300–US$ 9.500 per ton. Namun China yang telah memangkas suku bunga dan apabila kembali menambahkan stimulus, hal itu bisa mengerek harga kembali ke kisaran US$ 10.000 per ton,” pungkas Lukman.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News