Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga tembaga mulai turun. Merujuk Bloomberg, harga tembaga kontrak pengiriman tiga bulan di London Metal Exchange (LME) berada di level US$ 9.174 per metrik ton. Level ini turun 14,43% dibandingkan level tertingginya di US$ 10.724 per ton pada Mei silam.
Analis Panin Sekuritas Timothy Wijaya mengungkapkan, harga tembaga memang cenderung terkoreksi. Hal ini tidak terlepas dari outlook tembaga saat ini kurang baik karena ada krisis energi di China dan sebelumnya ada kasus Evergrande.
Timothy menilai, kedua sentimen tersebut membuat outlook sektor properti dan konstruksi menjadi negatif dan bisa memengaruhi permintaan tembaga ke depan. Akan tetapi, dia meyakini pada sisa tahun ini produksi MDKA bisa membaik.
“Hal ini bisa dilihat dari produksi bulanan MDKA yang juga sudah meningkat dibandingkan awal tahun lalu,” kata Timothy kepada Kontan.co.id, Rabu (6/10).
Baca Juga: Segmen tembaga jadi andalan, berikut rekomendasi saham MDKA dari RHB Sekuritas
Adapun, volume produksi bulanan emas dan tembaga milik MDKA telah melonjak dua kali lipat di bulan Mei dan bertahan pada level yang sama hingga akhir kuartal kedua 2021. Timothy juga melihat menyambut tahun depan, produksi MDKA bisa jauh lebih stabil mengingat operasional perusahaan tahun depan berpotensi lebih baik dibanding tahun ini.
Walau begitu, berkaca dari kondisi komoditas saat ini, Timothy menilai outlook tembaga masih akan belum baik akibat krisis energi dan tekanan pada sektor properti di China. Sementara efek tapering yang berlaku mulai tahun depan juga akan menjadi katalis negatif untuk harga emas.
Sementara dari sisi produksi, ia meyakini MDKA akan diuntungkan dengan pre-feasibility study proyek Tujuh Bukit Copper yang rencananya akan dirilis pada kuartal I-2022.
Baca Juga: Kinerja Merdeka Copper Gold diproyeksi membaik, simak rekomendasi saham MDKA
Namun harga tembaga dan emas saat ini memang kurang baik, karena krisis energi di China dan juga isu tapering yang menurunkan harga emas. Katalis positifnya seharusnya ada di produksi yang meningkat dan juga PFS untuk Tujuh Bukit Copper yang rencananya akan dirilis pada kuartal pertama 2022.
Lalu juga ada proyek acid iron metal yang diperkirakan akan mulai beroperasi komersil pada kuartal keempat 2021. Proyek ini dapat meningkatkan pendapatan MDKA hingga US$ 170 juta per tahun.
Selain itu kerusakan insiden heap leach yang sempat menekan kinerja MDKA sepanjang tahun ini diyakini juga sudah rampung proses perbaikannya. Timothy menyebut, hal tersebut akan membuat produksi emas MDKA kembali ke level normal.
Baca Juga: Anak usaha Merdeka Copper Gold (MDKA) serahkan lahan kompensasi seluas 857,26 hektare
“(Produksi emas) bisa kembali di sekitar 200 ribu oz dengan estimasi pendapatan tahunan dari penjualan emas di area US$ 350 juta. Lalu, all in sustaining cost mereka diharapkan bisa turun ke level sebelumnya di rerata US$ 650 per ons,” imbuh Timothy.
Sementara analis Sucor Sekuritas Hasan dalam risetnya pada 26 Agustus 2021 menuliskan, produksi MDKA pada semester kedua 2021 akan membaik jika dibandingkan dengan semester pertama 2021. Oleh sebab itu, Hasan mempertahankan proyeksi untuk pendapatan MDKA pada tahun ini sebesar US$ 321 juta dengan laba bersih sebesar US$ 24 juta. Sedangkan untuk pendapatan tahun depan sebesar US$ 390 juta dengan laba bersih US$ 71 juta.
Hasan merekomendasikan untuk beli saham MDKA dengan target harga Rp 3.350 per saham. Sementara Timothy memasang rekomendasi hold dengan target harga Rp 2.500 per saham. Rabu (6/10), harga saham MDKA menguat 1,52% ke Rp 2.670 per saham.
Baca Juga: Ditopang segmen tembaga, simak rekomendasi saham Merdeka Copper Gold (MDKA)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News