kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.470.000   4.000   0,27%
  • USD/IDR 15.946   -52,00   -0,33%
  • IDX 7.161   -53,30   -0,74%
  • KOMPAS100 1.094   -8,21   -0,74%
  • LQ45 872   -4,01   -0,46%
  • ISSI 216   -1,82   -0,84%
  • IDX30 446   -1,75   -0,39%
  • IDXHIDIV20 540   0,36   0,07%
  • IDX80 126   -0,84   -0,67%
  • IDXV30 136   0,20   0,15%
  • IDXQ30 149   -0,29   -0,20%

Harga SUN boleh reli, tapi pasar masih sepi


Selasa, 08 Januari 2013 / 14:23 WIB
Harga SUN boleh reli, tapi pasar masih sepi
ILUSTRASI. Sejumlah penonton duduk menjaga jarak di dalam studio pada hari pertama pembukaan kembali bioskop Cinepolis Cinemas. ANTARA FOTO/FB Anggoro/wsj.


Reporter: Dyah Ayu Kusumaningtyas |

JAKARTA. Sejak permulaaan perdagangan awal tahun, transaksi perdagangan di pasar obligasi tergolong sepi. Namun, harga Surat Utang Negara (SUN) di pekan pertama tahun ini terus reli.

Saat ini, indeks acuan harga obligasi pemerintah IDMA sudah mencapai 115,64, mendekati titik tertinggi tahun lalu yang tercapai pada level 116,47 (9/2).

Dari pemantauan KONTAN, pada penutupan perdagangan kemarin (7/1), seri FR0066 obligasi jangka pendek bertenor 5 tahun berada di posisi tertingginya di 103,75 dari 103,25 di penutupan akhir pekan lalu.

Namun, harga beberapa SUN acuan bertenor panjang sudah mulai koreksi pada awal pekan ini.

Analis Divisi Treasury Bank Negara Indonesia (BNI), Raditya Ariwibowo menjelaskan meski harga naik sejak awal tahun, transaksi SUN masih tergolong sepi. Kenaikan harga terjadi tanpa banyak dealing transaksi sehingga pembentukan harga tidak mencerminkan keadaan sebenarnya. "Beberapa seri benchmark naik sedikit demi sedikit, walaupun mencatatkan harga tertingginya," jelasnya.

SUN bertenor panjang masih mendominasi transaksi di pasar obligasi. Namun, harganya sudah mulai melandai. "Saat ini harga sudah mulai koreksi untuk profit taking," ujar Raditya, kepada KONTAN, Selasa (8/1).

Sentimen kenaikan inflasi

Raditya menjelaskan, selain karena profit taking kecil, penurunan harga yang terjadi hari ini akibat kekhawatiran investor soal inflasi. Ini terkait rencana kenaikan Tarif Dasar Listrik (TDL).

"Jika harga listrik naik, otomatis membuka peluang bagi kenaikan tingkat inflasi," kata Raditya kepada KONTAN, Selasa (8/1). Oleh karena itu, pelaku pasar obligasi sedang menunggu respon Bank Indonesia (BI). BI bisa saja menaikkan tingkat suku bunga (BI Rate), atau pilihan lainnya adalah menaikkan level FASBI (Fasilitas Simpanan Bank Indonesia). Maklum, pergerakan yields SUN sangat sensitif dengan tingkat suku bunga acuan.

"BI akan menipiskan spread BI rate dan FASBI untuk mengatasi masalah kenaikan inflasi. Kemungkinan terbesar BI akan menaikkan posisi FASBI ketimbang menaikkan BI Rate," terang Raditya.

Selain itu, ia juga melihat sentimen kenaikan inflasi mendorong investor beralih ke tenor pendek, terutama untuk seri SUN acuan. "Switching tersebut dalam upaya untuk meyelamatkan keuntungan dari volatilitas dan fluktuasi harga," jelasnya.

Secara keseluruhan, ia menilai prospek pasar oblogasi masih bagus. Hanya saja, dalam waktu dekat ini ia mengatakan belum bisa menyimpulkan tren ke depan karena pelaku pasar masih wait and see.

Untuk jangka pendek hingga akhir pekan ini, Raditya memprediksi harga SUN bertenor 10 tahun, FR0063, akan berkisar 102,5-104,5. Sementara harga seri 5 tahun FR0066 periode yang sama akan bergerak di kisaran 103-104.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×