Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Khomarul Hidayat
Sementara untuk ANTM, Hasan memperkirakan, tingkat volume penjualan bijih nikel yang tinggi di pasar domestik pada kuartal ketiga akan berlanjut seiring meningkatnya permintaan bijih nikel di pasar domestik. Hasilnya, Hasan memperkirakan volume penjualan bijih nikel akan mencapai 3,5 juta ton pada tahun depan.
Kinerja ANTM juga akan didukung oleh performa emas yang solid. Selain bijih nikel, volume penjualan emas ANTM pada pada kuartal keempat juga akan mencatat angka yang sama dengan kinerja kuartal III 2020. Proyeksi Hasan, volume penjualan emas ANTM akan mencapai 650.000 ton pada 2021.
Sentimen lainnya untuk ANTM datang dari blok Wabu dimana Menteri BUMN mendesak Kementerian ESDM agar ANTM mengoperasikan blok ini. Pengambilalihan ini diharapkan akan meningkatkan level margin karena akan mengubah ANTM dari ‘pedagang emas’ menjadi ‘penambang emas’.
Sementara untuk PT Timah Tbk (TINS), Hasan memprediksi, akan membatasi volume penjualan tahun depan sebagai upaya untuk mendorong kenaikan harga timah. Hal ini tercermin dari menurunnya volume penjualan sebesar 9,4% secara tahunan di 9 bulan pertama 2020.
Pada kuartal IV 2020, TINS diperkirakan menambah volume penjualan hingga 14.000 ton lagi sehingga penjualan kumulatif 2020 menjadi 59.000 ton (turun 11,9% secara tahunan). Dia menilai, tingkat volume penjualan yang rendah ini akan dipertahankan hingga tahun depan jika harga timah masih berada di bawah US$ 20.000 per ton.
Selanjutnya: IDX SMC Liquid jadi indeks yang minim koreksi, ini sebabnya
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News