Reporter: Ika Puspitasari | Editor: Adi Wikanto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga saham berbasis teknologi seperti DCII, TFAS, MSIN dan DMMX melesat kencang sepanjang tahun 2021. Apakah saham teknologi seperti DCII, TFAS, MSIN dan DMMX masih memiliki prospek cerah pada tahun 2022 ini?
DCII adalah kode saham dari PT DCI Indonesia Tbk. Pada akhir tahun 2021, harga saham DCII ditutup di level 44.000, meningkat pesat hingga 10.370,24% dalam setahun.
Pada hari pertama perdagangan tahun 2022, harga saham DCII masih meningkat pesat. Harga saham DCII pada Senin 3 Januari 2022 ditutup di level 47.500, naik 3.525 poin atau 8,02%.
TFAS adalah kode saham dari PT Telefast Indonesia Tbk. Harga saham TFAS pada tahun 2021 melonjak 4.386,66%.
MSIN adalah kode saham dari PT MNC Studios International Tbk. Harga saham MSIN pada tahun 2021 naik 1.290,40%.
DMMX adalah kode saham dari PT Digital Mediatama Maxima Tbk. Harga saham DMMX pada tahun 2021 tumbuh 1.052,54%.
Selain itu, saham-saham teknologi ini juga menjadi saham dengan kenaikan tertinggi di beberapa indeks, salah satunya Jakarta Islamic Index (JII). Saham PT Elang Mahkota Teknologi Tbk (EMTK) bertengger di posisi kedua dengan kenaikan 62,86% di indeks JII.
Analis Binaartha Sekuritas Ivan Rosanova menuturkan, saham sektor teknologi menarik minat investor karena perkembangan teknologi yang terus terjadi.
Bisnis yang mengarah pada digitalisasi membuat emiten teknologi semakin diuntungkan situasi dan kinerjanya pun diperkirakan akan cenderung stabil, bahkan meningkat.
Untuk kenaikan saham DCII dan EMTK, Ivan menjelaskan, sejauh ini jika melihat pada kinerja keuangan terakhir kedua emiten tersebut secara valuasi sudah jauh lebih mahal dari emiten sejenis seperti PT Metrodata Electronics Tbk (MTDL).
“Sehingga meroketnya harga saham diperkirakan merupakan efek meningkatnya minat terhadap kedua saham tersebut dengan ekspektasi yang lebih tinggi di tahun 2022 ini,” ujarnya kepada Kontan.co.id, Senin (3/1).
Baca Juga: IHSG Naik 1,27% ke 6.665 pada Perdagangan Senin (3/1), Asing Beli ARTO, TLKM, EMTK
Secara keseluruhan, Ivan melihat saham sektor teknologi masih memiliki prospek bagus terutama di awal semester I-2022. Menurut Ivan, investor akan menanti realisasi di kuartal I-2022 mendatang untuk melihat pertumbuhan laba dibandingkan dengan tahun lalu, sehingga ekspektasi investor sesuai dengan pencapaian emiten.
Nah, selain dari sektor teknologi, Ivan memprediksi sejumlah sektor bakal moncer di tahun ini seperti sektor keuangan, basic materials, dan property.
“Sektor financials salah satu yang berpotensi menjadi jawara di 2022, sektor keuangan berpotensi mengakhiri fase konsolidasi untuk kembali menguat dan menjadi penggerak IHSG. Sektor basic materials dapat diuntungkan dengan adanya kemungkinan terkoreksinya kembali harga batubara tahun ini yang dapat menekan beban energi yang dibutuhkan dalam aktivitas produksi,” papar Ivan.
Sedangkan sektor properti berpotensi menguat dengan pemulihan ekonomi yang terus berlangsung di tengah angka kasus covid yang rendah saat ini.
Ia menerangkan sejumlah saham yang bisa diperhatikan ada BSDE target terdekat di Rp 1.130, selanjutnya INTP dengan target tahun 2022 di Rp 13.000, BBCA di Rp 8.500.
“BSDE dan INTP menarik jika menilik kinerja 2021 hingga kuartal 3 yang menunjukkan pemulihan dan sentimen positif dari aktivitas ekonomi yang lebih baik di 2021 dan dapat berlanjut di 2022,” tambahnya.
Baca Juga: Franklin Templeton: Investasi Kami Tetap Fokus Pada Transformasi Digital
Sementara untuk saham BBCA secara teknikal masih konsolidasi, namun berpotensi untuk kembali rally apabila telah mengakhiri masa konsolidasinya dengan melihat kinerja 2021 yang membuka harapan untuk meningkat kembali di 2022 ini.
Dari sektor teknologi, Ivan menilai saham MTDL dan MLPT menarik untuk dicermati. Ia memberikan rekomendasi akumulasi beli saham MLPT dengan target harga di Rp 5.000.
Itulah rekomendasi saham yang berpotensi meraih cuan pada tahun 2022 ini. Ingat, disclaimer on, segala risiko investasi atas rekomendasi saham di atas menjadi tanggung jawab Anda sendiri.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News