Reporter: Kenia Intan | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bursa Efek Indonesia (BEI) kedatangan emiten baru PT Mulia Boga Raya Tbk Senin (25/11). Perusahaan dengan kode saham KEJU itu melepas 100 juta saham dengan harga penawaran Rp 750 per saham. Lewat initial public offering, KEJU meraup dana Rp 75 miliar.
Pada perdagangan perdana hingga akhir perdagangan sesi I hari ini, harga saham KEJU mentok pada auto reject atas (ARA) dengan kenaikan 50% ke Rp 1.125 per saham.
Sekretaris Perusahaan Mulia Boga Raya Fridolina Alexandra Liliana bilang keseluruhan dana akan dialokasikan untuk modal kerja, seperti pembelian bahan baku dan biaya-biaya operasional. Lili mengatakan, tahun depan perusahaan belum ada rencana aksi korporasi apapun.
Tahun setelahnya, KEJU berencana melakukan ekspansi pabrik. Lili menjelaskan, peningkatan kapasitas tersebut akan mendorong utilisasi pabrik dari semula 71% menjadi 80%. Berdasar prospektus, per Juni 2019 perusahaan memiliki tujuh lini produksi dengan kapasitas produksi 29.500 MT per tahun. "Investasinya sekitar Rp 53 miliar," kata Lili lagi.
Adapun dengan peningkatan pabrik tersebut, diproyeksikan penjualan bisa terkerek dari semula Rp 950 miliar tahun ini menjadi Rp 1,3 triliun pada tahun depan.
Hingga kuartal III, Mulia Boga sudah membukukan sekitar Rp 800 miliar penjualan. Untuk mencapai target Rp 950 miliar, KEJU tinggal perlu penjualan sekitar Rp 150 miliar di kuartal keempat ini.
Mulia Boga Raya membidik laba bersih sebesar Rp 90 miliar tahun ini. Hingga kuartal III, KEJU sudah mengantongi laba bersih sebesar Rp 60 miliar. Tahun depan, perusahaan menargetkan pertumbuhan sebesar 10% baik dari sisi pendapatan maupun laba.
Emiten ke-47 Bursa Efek Indonesia 2019 ini optimistis kinerja ke depan akan meningkat. Sebab hanya ada beberapa merek keju di Indonesia. Sementara, pangsa pasar Prochiz saat ini mencapai 20%.
Adapun tantangan yang dihadapi perusahaan sejauh ini dari sisi harga dan inovasi. Sementara dari sisi kesediaan bahan baku, perusahaan mengaku tidak ada masalah, sebab sebagian besar bahan baku dipasok dari New Zeland yang memang menjadi negara produsen susu.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News