Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Adi Wikanto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga Saham PT Bayan Resources Tbk (BYAN) terus melaju. Bersamaan dengan kenaikan harga, saham BYAN kini berhasil menggeser saham GOTO di jajaran big caps. Dengan tren kenaikan harga tersebut, apakah sekarang masih tepat untuk beli atau jual saham BYAN?
Big caps adalah sebutan untuk saham-saham yang berhasil menduduki peringkat atas dalam jajaran saham dengan nilai kapitalisasi pasar terbesar. Saham BYAN kini peringkat ketiga big caps di Bursa Efek Indonesia seiring kenaikan harga saham.
Per Jumat (23/12), harga saham BYAN menguat 2,91% ke level Rp 18.575 per saham. Harga saham BYAN menguat 587,96% sejak awal tahun. Saham emiten besutan konglomerat Low Tuck Kwong ini menjadi emiten dengan market caps terbesar ketiga di Bursa Efek Indonesia (BEI), dengan market caps Rp 619,17 triliun.
Saham BYAN berhasil mengalahkan saham GOTO di jajaran big caps. Hal ini karena market caps saham GOTO semakin menciut.
Per Jumat (23/12), saham emiten teknologi ini hanya tersisa Rp 101,86 triliun. Otomatis saham GOTO terhempas dari jajaran top 10 big caps.
Senior Investment Information Mirae Asset Sekuritas Indonesia Muhammad Nafan Aji Gusta menilai, menguatnya saham BYAN salah satunya disebabkan oleh pelaku pasar yang mengapresiasi aksi korporasi yang dilakukan BYAN. Sebelumnya, BYAN menggelar aksi pemecahan nilai saham alias stock split dengan perbandingan 1:10.
Baca Juga: Profil Dato Dr Low Tuck Kwong, Pemecah Rekor Orang Terkaya Indonesia 2022
Penguatan saham BYAN juga tidak terlepas dari sentimen sektoralnya, yakni adanya faktor peningkatan harga komoditas batubara. Menjelang musim dingin, negara-negara di belahan bumi bagian utara seperti negara di Eropa, sangat membutuhkan pasokan energi, sehingga mendorong kenaikan harga emas hitam ini. Hanya saja, Nafan menilai sentimen harga batubara ini hanya bertahan selama musim dingin. Tahun depan, dunia akan menghadapi potensi resesi sehingga berpotensi menurunkan harga komoditas.
“Memang Bayan tergantung pergerakan harga komoditas. Sejauh ini secara tren sahamnya memang uptrend,” kata Nafan kepada Kontan.co.id, Minggu (25/12).
Analis Binaartha Sekuritas Ivan Rosanova menilai, dalam jangka pendek saham BYAN masih berpeluang melanjutkan tren kenaikan, dengan resistance terdekat ada di sekitar Rp 18.250. Akan tetapi, mendekati level psikologis di harga Rp 20.000, maka tidak menutup kemungkinan jika kemudian saham BYAN mengalami koreksi setelah kenaikan harga yang sangat tinggi.
“Kalau ada posisi maka tidak ada salahnya mulai merealisasikan sebagian keuntungan yang didapat. tetapi jika belum dan ingin masuk maka harus mengukur risiko yang dapat ditanggung apabila harga ternyata turun,” kata Ivan kepada Kontan.co.id, Selasa (20/12).
Ada support di level Rp 15.000 yang bisa menjadi patokan batas risiko. Selebihnya kembali pada pelaku pasar apakah akan melepas, bertahan, atau hendak membeli.
Baca Juga: Low Tuck Kwong Tambah Kepemilikan Saham di Bayan Resources (BYAN)
Ivan juga menekankan, investor tetap perlu memantau pergerakan harga komoditas batubara yang berpengaruh pula pada kinerja Bayan.
Sebagai gambaran, emiten yang dinakhodai oleh Konglomerat Low Tuck Kwong ini mencetak kinerja moncer sepanjang Sembilan bulan pertama 2022. Bayan membukukan laba bersih US$ 1,62 miliar per akhir September 2022. Realisasi ini melesat 150,3% dari laba bersih di periode yang sama tahun lalu yang hanya US$ 977 juta
Kenaikan laba bersih diiringi dengan kenaikan pendapatan. BYAN mencetak pendapatan hingga US$ 3,35 miliar, melesat 91,4% dari realisasi pendapatan di periode yang sama tahun lalu sebesar US$ 1,75 miliar.
Dalam presentasinya, manajemen Bayan menyebut kinerja keuangan Bayan per September 2022 sudah melebihi realisasi kinerja setahun penuh 2021.
“Harga batubara di pasaran tetap solid, dan saat ini diperkirakan akan berlanjut pada level yang tinggi sepanjang sisa tahun 2022,” tulis manajemen BYAN.
Adapun BYAN mengincar kenaikan produksi tahun depan. Direktur BYAN, Russell John Neil mengungkapkan, BYAN mencanangkan produksi batubara di atas 45 juta ton di tahun 2023. Per akhir kuartal ketiga 2022, BYAN telah menjual 28,0 juta ton batubara.
Sebagai pembanding, BYAN mencanangkan rencana produksi dan volume penjualan batubara masing-masing sebesar 37 juta ton-39 juta ton batubara di sepanjang tahun 2022. Dengan rencana produksi dan tersebut, BYAN mengincar pendapatan US$ 3,2 miliar-US$ 3,4 miliar dengan asumsi harga jual rata-rata alias average selling price (ASP) US$ 85 per ton-US$ 90 per ton.
Adapun realisasi harga jual rata-rata Bayan per kuartal ketiga 2022 mencapai US$ 125,2 per ton. Realisasi ini lebih tinggi dari estimasi ASP yang dipasang manajemen, yakni di level US$ 60,8 per ton.
Namun, realisasi ASP di kuartal ketiga menurun dari ASP di kuartal kedua 2022, yakni mencapai US$ 127,9 per ton. Penurunan ASP ini disebabkan beberapa pengiriman dengan skema fixed price yang dinegosiasikan ulang.
Per akhir September 2022, BYAN telah merealisasikan belanja modal senilai US$ 166,2 juta, lebih rendah dari capex yang dianggarkan, yakni US$ 218,1 juta. Rendahnya penyerapan capex dikarenakan lambatnya kemajuan fasilitas jalan angkut batubara baru di proyek Tabang sepanjang 100 km dan overland conveyor (OLC), yang disebabkan hujan lebat terutama di paruh pertama 2022.
Itulah rekomendasi saham BYAN untuk perdagangan hari ini, Senin 26 Desember 2022. Ingat disclaimer on, segala risiko investasi atas rekomendasi saham BYAN di atas menjadi tanggung jawab Anda sendiri.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News