Baca Juga: IHSG ditutup di zona hijau, saham-saham ini paling banyak diborong asing
Berdasarkan historis, Okie menuturkan, pelaku pasar akan merespons baik aksi korporasi stock split saham BBCA ini. Namun, dengan tetap mempertimbangkan kinerja dari keuangan emiten.
Seperti diketahui, BBCA pernah melakukan tiga kali pemecahan nilai nominal saham. Terakhir, Bank Central Asia melakukan stock split pada 2008 dengan rasio 1:2.
Analis Kiwoom Sekuritas Indonesia, Sukarno Alatas menyebut stock split selalu memberikan efek positif pada minat beli pasar karena harganya bersahabat untuk investor ritel, sehingga menjadi lebih menarik.
Dalam hitungan Sukarno, harga saham BBCA berpotensi mengalami kenaikan hingga mencapai harga puluhan ribu lagi, tepatnya ke level Rp 10.400 dalam waktu 1-3 tahun ke depan.
Baca Juga: Tarik tunai tanpa kartu di ATM BCA semakin disenangi, ini caranya
Meski demikian, dari segi valuasinya saham BBCA memiliki PBV yang berada di atas rata-rata dengan saham emiten perbankan lainnya. BBCA diperdagangkan dengan PBV di 4,82 kali, sementara itu PBV BBRI lebih rendah berada di 2,64 kali, BMRI di 1,73 kali, dan BBNI dengan PBV 1.03 kali.
Selain dari harga sahamnya yang lebih terjangkau, Sukarno bilang sentimen positif untuk BBCA lainnya adalah realisasi kinerja yang cukup solid di tengah ketidakpastian akibat pandemi Covid-19.
Bank Central Asia bahkan berhasil menjadi juara dalam perolehan laba bersih terbesar di sepanjang semester I-2021 senilai Rp 14,45 triliun. Nilai itu tumbuh 18,10% year on year (yoy) dibandingkan Juni Rp 12,24 triliun.
“Pemulihan ekonomi yang berlanjut dan keberhasilan pemerintah dalam menekan angka kasus Covid-19, serta program vaksinasi yang terus berjalan menjadi sentimen untuk sektor perbankan,” papar Sukarno pada Kontan, Selasa (12/10).
Sukarno menambahkan investor bisa melakukan trading buy dengan target harga jangka pendek di Rp 7.950 per saham hingga Rp 8.000 per saham. .
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Reporter: Ika Puspitasari
Editor: Adi Wikanto