Reporter: Lydia Tesaloni | Editor: Adi Wikanto
KONTAN.CO.ID - Jakarta. Sejumlah saham bank BUMN dengan karakteristik blue chip di Bursa Efek Indonesia (BEI) memasuki tren melemah pada perdagangan Kamis 26 November 2025. Apakah penurunan harga saham bank blue chip ini sudah menjadi pertanda untuk mulai dikoleksi?
Pada perdagangan Rabu (26/11/2025), mayoritas saham bank pelat merah berkarakteristik blue chip di BEI bertengger di zona merah seiring sikap investor yang cenderung berhati-hati.
Saham PT Bank Negara Indonesia (BBNI) turun 0,23% ke Rp 4.410. Selama perdagangan lima hari terakhir, harga saham BBNI terkoreksi 60 poin atau 1,34%.
Lalu saham PT Bank Rakyat Indonesia (BBRI) melemah 1,04% ke Rp 3.790. Dalam perdagangan lima hari terakhir, harga saham BBRI terkoreksi 230 poin 5,72%.
Baca Juga: Rights Issue Ditunda, Ini Rekomendasi Saham Emiten Properti Milik Aguan
Dua saham bank BUMN lainnya juga tak luput dari pelemahan, yakni PT Bank Tabungan Negara (BBTN) dan PT Bank Syariah Indonesia (BRIS) yang masing-masing terkoreksi 0,42% ke Rp 1.195 dan Rp 2.380. Sementara itu, PT Bank Mandiri (BMRI) stagnan di level Rp 5.025.
Asing Catat Net Sell di Tiga Saham Bank BUMN
Sejalan dengan pelemahan harga, investor asing tercatat melakukan aksi jual bersih (net sell) pada tiga saham bank BUMN, yaitu:
- BBRI: Rp 531,92 miliar
- BRIS: Rp 231,17 juta
- BBTN: Rp 348,36 juta
Aksi jual asing ini mempertegas sentimen kehati-hatian pasar di tengah ketidakpastian arah kebijakan suku bunga global maupun domestik.
Tonton: Danantara Berperan Besar dalam Pemulihan Kinerja Krakatau Steel KRAS
Sentimen Utama: Pasar Tunggu Kepastian Suku Bunga
Analis Investasi Edvisor.id, Indy Naila, menuturkan bahwa sektor perbankan tengah menghadapi kondisi minim katalis. “Investor lebih banyak melakukan rotasi ke saham-saham konglomerasi yang menjadi sasaran trading jangka pendek,” ujarnya.
Ia menjelaskan bahwa euforia pasar akhir-akhir ini banyak menyasar emiten konglomerasi, sehingga investor melakukan profit taking sementara di saham-saham perbankan yang fundamentalnya dinilai belum menunjukkan percepatan pertumbuhan.
“Arus asing juga belum menopang pergerakan saham perbankan,” lanjut Indy.
Baca Juga: Pollux Hotels Group Terbitkan Obligasi Keberlanjutan Rp 500 Miliar
Fundamental: Kredit Masih Moderat, Asing Selektif
Indy menilai investor asing kini lebih selektif masuk ke saham berfundamental kokoh. Namun sektor perbankan masih menghadapi:
- Loan growth moderat,
- kehati-hatian kreditur,
- serta ekonomi yang belum menunjukkan percepatan signifikan.
“Asing masih menunggu konfirmasi arah perekonomian, terutama dari sisi loan growth,” kata Indy.
Valuasi Mulai Menarik untuk Akumulasi Bertahap
Meski tengah tertekan, Indy menilai valuasi beberapa bank besar mulai berada di level menarik dan dapat diakumulasi bertahap.
Pemulihan harga saham perbankan diperkirakan akan didorong oleh:
- perbaikan outlook suku bunga,
- peningkatan pertumbuhan kredit,
- dan membaiknya daya beli masyarakat.
“Kalau indikator ekonomi membaik, ekspektasi pemulihan kinerja perbankan bisa menguat.”
Baca Juga: Simak Rekomendasi Teknikal Saham ENRG, ASII, TINS untuk Kamis (27/11/2025)
Rekomendasi Saham
Indy masih merekomendasikan dua big banks untuk dicermati:
- BBRI dengan target harga Rp 5.025
- BMRI dengan target harga Rp 5.200
Ia menekankan bahwa saham-saham perbankan besar tetap menjadi pilihan utama bagi investor jangka menengah–panjang.
Selanjutnya: Arsenal Kejutkan Bayern Munich 3-1 untuk Rebut Puncak Grup Liga Champions
Menarik Dibaca: 6 Sunscreen SPF 50 di Alfamart Mulai Rp 20 Ribuan, Cocok untuk Usia 40 Tahun
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News













