Reporter: Benedicta Prima, Wahyu Tri Rahmawati | Editor: Wahyu T.Rahmawati
PT Karya Supra Perkasa yang merupakan pemegang 50,10% ACST menyatakan akan melaksanakan seluruh HMETD yang dimiliki. "Karya Supra Perkasa juga memiliki dana yang cukup dan sanggup untuk melaksanakan seluruh HMETD yang menjadi haknya sesuai porsi bagian kepemilikan sahamnya secara proporsional serta untuk bertindak sebagai pembeli siaga dalam PUT II," ungkap Acset Indonusa dalam prospektus ringkas yang diterbitkan Jumat (14/8).
Setelah rights issue, modal ditempatkan dan disetor penuh ACST akan naik dari 700 juta saham menjadi 6,42 miliar saham. Bila pemegang saham selain Karya Supra Perkasa tidak melaksanakan haknya, maka kepemilikan Karya Supra akan naik menjadi 94,56% dan kepemilikan publik turun dari 19,96% menjadi 2,17%.
Acset Indonusa akan menggunakan seluruh dana hasil rights issue setelah dikurangi biaya-biaya untuk melunasi sebagian utang kepada PT United Tractors Tbk (UNTR) yang merupakan induk usaha Karya Supra. Per Juni 2020, pinjaman ke UNTR ini sebesar Rp 2,04 triliun. Perkiraan saldo pokok pinjaman yang akan dilunasi sebagian dengan dana rights issue adalah Rp 1,496 triliun.
Baca Juga: ACST tak terpengaruh kebijakan pembatasan tender di bawah Rp 14 miliar bagi BUMN
Perkiraan saldo pokok pinjaman terutang setelah pembayaran sebagian adalah Rp 544,76 miliar. Pinjaman afiliasi ini memiliki tingkat bunga Jibor +2,5%. Utang ini akan jatuh tempo pada 30 April 2023.
Komposisi pemegang saham ACST adalah PT Karya Supra Perkasa yang sekaligus pengendali dengan porsi 50,10%. Lalu, PT Cross Plus Indonesia dengan kepemilikan 12,27%.
Reksa Dana HPAM Ekuitas Progresif mengempit 6,33%. PT Loka Cipta Kreasi memegang 5,83%. HSBC-Fund Services, Bob (Cayman) Ltd memiliki 5,51%. Kemudian masyarakat memiliki porsi 19,96% dari total saham ACST.
Baca Juga: Dilusi saham mencapai 89%, ini jadwal rights issue Acset Indonusa (ACST)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News