Sumber: KONTAN | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Tahun 2008 lalu merupakan saat buruk bagi pasar komoditas. Harga komoditas, kecuali emas, terbanting dari rekor tertingginya di awal tahun 2008. Hingga tutup tahun 2008, harga beberapa komoditas masih terpuruk.
Namun, di awal tahun ini, sejumlah komoditas tampak mulai menanjak harganya. Seperti kemarin (12/1), harga minyak sawit atau crude palm oil (CPO) untuk pengiriman Maret 2009 di Malaysia Derivative Exchange mencapai US$ 557,41 per ton. Harga ini naik 13,79% ketimbang harga CPO akhir 2008 yang sebesar US$ 489,88 per ton.
Selain CPO, harga komoditas tambang seperti nikel dan timah juga perlahan menanjak. Akhir pekan lalu (9/1), harga nikel pengiriman tiga bulan di London Metal Exchange (LME) naik menjadi US$ 12.175 per ton. Ini 4,06% lebih tinggi dari harga perdagangan akhir Desember 2008, yang US$ 11.700 per ton.
Di waktu sama, harga timah untuk pengiriman tiga bulan di LME mencapai US$ 11.800 per ton. Ini sama saja naik 10,28% dari harganya di akhir tahun 2008 yang hanya US$ 10.700 per ton.
Namun, Wakil Presiden Riset dan Analis Valbury Asia Futures Nico Omer Jonckheere pesimistis kenaikan timah dan nikel akan bertahan lama. Dia melihat, kenaikan kali ini hanya rebound teknikal saja.
Intinya, harga dua jenis logam itu hanya bangkit dari harganya yang terendah di akhir tahun. "Harga rendah pada akhir 2008 itu karena stok komoditas naik," katanya. Ia memprediksi, kenaikan harga baru baru bisa stabil dalam tiga hingga enam bulan ke depan.
Nico memperkirakan, komoditas yang paling cepat pulih harganya adalah timah. Soalnya, pemasok timah tidak banyak. "Pemasok besar hanya China dan Indonesia sehingga harga bisa dikendalikan," kata Nico.
Posisi harga nikel butuh waktu lebih lama untuk mencapai harga bagus. Harga nikel bisa naik lagi kalau suplainya minim. Padahal, saat ini suplai nikel relatif berlebih.
Harga komoditas ini juga sangat terpengaruh oleh nilai tukar dolar Amerika Serikat (AS). "Kalau dolar AS melemah, biasanya harga komoditas naik," kata Nico.
Harga CPO masih reli
Analis Asia Kapitalindo Ibrahim mengamini. Soalnya, "Liukan harga komoditas sangat tergantung pada resesi ekonomi Amerika Serikat dan suku bunga AS," jelasnya.
Adapun harga CPO menanjak lantaran persediaan CPO Malaysia pada Desember 2008 turun. Kemarin, negara penghasil CPO terbesar dunia itu mengakui stok CPO merosot 12% jadi 1,99 juta metrik ton.
Penyebabnya ekspor CPO pada Desember 2008 melesat ke rekor tertingginya sepanjang masa. Sedangkan produksi CPO turun 11% menjadi 1,48 juta ton. Penurunan ini kemungkinan akan melanjutkan reli harga CPO yang terjadi sejak tiga pekan terakhir.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News