Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga komoditas nikel global terus bersinar seiring laju harganya yang terus menanjak. Mengutip Bloomberg, Rabu (18/11), harga nikel kontrak pengiriman tiga bulan di London Metal Exchange (LME) berada di US$ 15.809 per metrik ton.
Harga nikel tertinggi tahun ini adalah US$ 16.023 per metrik ton yang tercapai pada 20 Oktober lalu. Harga nikel menguat 12,72% sejak awal tahun.
Meski harga nikel terus melaju, PT Vale Indonesia Tbk (INCO) tetap mewaspadai fenomena ini. Direktur Keuangan Vale Indonesia Bernardus Irmanto mengatakan, secara fundamental tidak ada pergerakan persediaan (inventory) nikel yang signifikan pada London Metal Exchange (LME). Memang dalam sepekan terakhir, persediaan nikel turun dari level 239.400 ton ke 239.00 ton.
“Tetapi masih menjadi tanda tanya apakah tren ini akan berlangsung lama. Kalau melihat demand-supply nikel di industri stainless steel, kami tetap harus mewaspadai pergerakan harga,” ujar Bernardus kepada Kontan.co.id, Kamis (19/11).
Baca Juga: Pengembangan mobil listrik terkendala harga yang mahal dan minimnya infrastruktur
Ke depan, tidak menutup kemungkinan harga nikel akan terus melaju terdorong oleh sejumlah sentimen positif. Salah satunya adalah rencana perusahaan mobil listrik kenamaan, Tesla, yang akan membangun pabrik di Indonesia.
Menurut Bernardus, sentimen ini mesti ditanggapi secara positif tapi dengan penuh kehati-hatian. Tesla sebagai salah satu raksasa mobil listrik saat ini masih memiliki kendala dalam memproduksi baterai listrik dengan biaya murah.
Jika biaya baterai bisa ditekan serta teknologi baterai sudah semakin matang, maka inflection point yang diharapkan supaya pelanggan bisa beralih ke mobil listrik bisa terjadi. Bernardus menyebut, Ellon Musk selaku CEO Tesla, telah mengumumkan beberapa upaya yang akan dilakukan Tesla untuk menekan biaya produksi baterai. Salah satu upayanya adalah dengan menaikkan porsi nikel dan menurunkan porsi cobalt dalam baterai.
Di satu sisi, harga nikel saat ini juga masih cukup tinggi untuk bisa memproduksi baterai berbiaya murah menurut beberapa analis. Alhasil, kabar Tesla yang ingin membangun pabrik baterai di Indonesia dan juga menjalin kerja sama dengan penambang nikel tanah air harus disikapi dengan hati-hati.
Baca Juga: Harga nikel poles kinerja Vale Indonesia (INCO), ini rekomendasi sahamnya
“Kalau berita ini benar, adalah sebuah kesempatan besar bagi Indonesia untuk mengambil posisi strategis dalam percaturan produksi baterai mobil listrik, atau bahkan produksi mobil listrik,” sambung dia.
Walaupun ada sentimen positif dari pembuatan baterai kendaraan listrik terhadap harga nikel, Bernardus menilai dalam tiga tahun ke depan harga nikel masih akan merefleksikan pergerakan fundamental permintaan dan penawaran di pasar. Sementara kenaikan permintaan riil untuk kendaraan listrik masih perlu waktu untuk terwujud.
Lebih lanjut, pendayagunaan dan pemanfaatan bijih nikel harus dilakukan secara optimal. Terlebih, Pemerintah telah mengeluarkan aturan terkait harga patokan mineral (HPM) nikel untuk saprolite. Dalam waktu dekat, diharapkan akan keluar HPM untuk limonite yang bisa diolah dengan tekhnologi High Pressure Acid Leaching (HPAL) untuk memproduksi intermediate produk Mix Hydroxide Precipitate (MHP) maupun Mix Sulphide Precipitate (MSP). MHP dan MSP ini bisa diolah lebih lanjut sebagai bahan baku baterai mobil listrik.
Baca Juga: Ini alasan Mirae Asset kaji ulang target harga saham Vale Indonesia (INCO)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News