Reporter: Hikma Dirgantara | Editor: Tendi Mahadi
Senada, Isnaputra menyebut, INCO adalah penerima manfaat utama dari harga nikel yang solid yang didorong oleh pemulihan ekonomi global dan meningkatnya permintaan dari kendaraan listrik. Untuk saat ini, ia memperkirakan harga nikel sepanjang 2021 berada di level US$ 15.500 per ton.
Namun, ia meyakini INCO masih punya potensi upside yang tinggi ketika harga nikel bisa terus bertahan di atas level US$ 16.000 per ton hingga akhir tahun nanti. Dengan asumsi volume produksi INCO mencapai 64.521 ton dan total biaya sebesar US$ 11.000 per ton, Isnaputra memproyeksikan pendapatan INCO bisa mencapai US$ 111,2 juta pada tahun ini.
Baca Juga: IHSG diprediksi berbalik menguat di akhir pekan, ini alasannya
“Jumlah tersebut jauh lebih tinggi dibanding proyeksi Maybank Kim Eng saat ini yang sebesar US$ 82,8 juta. Berdasarkan analisa kami, setiap ada kenaikan 1% pada asumsi harga nikel dari Maybank Kim Eng, maka proyeksi pendapatan kami pun akan naik sebesar 2,9%,” imbuh Isnaputra.
Isnaputra pun memberikan rekomendasi beli untuk saham INCO dengan target harga Rp 7.000 per saham. Sementara Dessy memasang target harga Rp 6.400 per saham dengan rekomendasi beli.
Selanjutnya: IHSG ditutup turun 0,09% ke level 5.970,24, asing catat net buy, Kamis (6/5)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News