Reporter: Pulina Nityakanti | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga nikel tercatat masih turun, meskipun mulai mengalami kenaikan dalam sebulan terakhir. Melansir Trading Economics, Rabu (13/3), harga nikel turun 20,07% secara tahunan. Namun, harga nikel sudah naik 14,49% dalam sebulan terakhir ke US$ 18.325 per ton.
Pengamat pasar modal sekaligus Direktur Avere Investama, Teguh Hidayat melihat, volume produksi emiten produsen nikel di Tanah Air masih dalam tren peningkatan. Alhasil, meskipun ada penurunan harga, kinerja mereka di tahun 2023 masih tercatat baik.
Kenaikan produksi juga tidak dilihat Teguh sebagai suatu tantangan yang berpotensi terjadi oversupply. Sebab, hingga hari ini produksinya masih terserap.
“Volume produksi masih akan terus tumbuh. Misalnya, PT Vale Indonesia Tbk (INCO) memproduksi 70.728 metrik ton nikel dalam matte pada tahun 2023, ini saja naik dari 60.090 ton di tahun 2022,” ujarnya kepada Kontan, Selasa (12/3).
Baca Juga: Laba Perusahaan Gas Negara (PGAS) Turun 14,75% pada 2023, Simak Rekomendasi Analis
Penurunan harga nikel dalam setahun terakhir memang bagian dari penurunan harga komoditas secara keseluruhan di tahun lalu. Jika melihat tren harga dalam sebulan terakhir, Teguh memperkirakan harga nikel akan kembali stabil di tahun 2024.
“Kinerja emiten nikel masih prospektif, bahkan dengan harga saat ini. Sebab, masih ada kenaikan produksi. Sentimennya bagus, asal tidak kembali terjadi koreksi harga nikel tahun ini,” ungkapnya.
Perlu digarisbawahi, penggunaan nikel tak hanya untuk bahan baku baterai, tetapi juga untuk pembuatan logam dasar lainnya, seperti stainless steel. Logam dasar ini menjadi bahan baku untuk sektor otomotif, properti, dan konstruksi.
Menurut Teguh, emiten nikel yang bisa dilirik investor adalah INCO dan PT Trimegah Bangun Persada Tbk (NCKL).
INCO masih memiliki price to book value di 1,07 kali, sehingga harganya masih murah. Sementara, PBV NCKL sudah sebesar 2,65 kali.
Baca Juga: Harga Nikel Masih Lemah, Cek Rekomendasi Sejumlah Emiten Nikel Berikut Ini
“Jika kinerjanya masih bagus dan tren kenaikan produksi berlanjut di tahun 2024, INCO dan NCKL akan sangat menarik,” tuturnya.
Teguh pun merekomendasikan beli untuk INCO dengan target harga Rp 5.000 per saham. Untuk NCKL, Teguh merekomendasikan buy on weakness dengan entry level di Rp 700 per saham dan target harga Rp 1.000 per saham.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News