Sumber: KONTAN | Editor: Dikky Setiawan
JAKARTA. Meski sudah naik, harga rata-rata nikel sepanjang 2009 ini belum bisa mengalahkan harga nikel 2008. Akibatnya, per September 2009, PT International Nickel Indonesia Tbk (INCO) masih membukukan penurunan pendapatan.
Dalam sembilan bulan pertama 2009, INCO menjual 50.687 ton nikel dalam bentuk matte dengan harga rata-rata US$ 10.381 per ton. Sementara pada periode sama 2008, penjualan nikel INCO mencapai 57.171 ton nikel matte dengan harga rata-rata US$ 19.803 per ton.
Direktur Utama INCO, Arif Siregar, mengakui produksi kuartal III 2009 menurun karena kebocoran logam panas pada 7 September lalu menyebabkan salah satu tanur listrik berhenti beroperasi. "Tanur ini telah beroperasi kembali secara normal," ujarnya dalam rilis pers kemarin (29/10).
Per September 2009, INCO membukukan pendapatan sebesar US$ 526,19 juta, turun 53,52% dari pencapaian US$ 1,13 miliar pada periode sama 2008. Ujungnya, laba bersih INCO tergerus 29,93% dari US$ 369,12 juta menjadi US$ 110,46 juta. Margin laba bersihnya juga menurun dari 32,6% menjadi 20,99%.
Saat ini, INCO telah merampungkan sekitar 36% dari pembangunan fasilitas Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Karebbe. INCO menargetkan, proyek senilai US$ US$ 410 juta tersebut akan kelar semester I 2011.
Pada penutupan perdagangan saham kemarin, harga INCO turun 3,16% menjadi Rp 3.825 per saham.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News