kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Harga nikel masih berpotensi menguat terbatas


Rabu, 16 Januari 2019 / 21:47 WIB
Harga nikel masih berpotensi menguat terbatas


Reporter: Jane Aprilyani | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kondisi global ditambah antisipasi pelambatan ekonomi China menjadi katalis positif bagi penguatan harga nikel. Hanya saja, analis melihat harga nikel masih akan bergejolak lagi ke depannya.

Mengutip Bloomberg, harga nikel kontrak tiga bulanan di London Metal Exchange (LME), Rabu (16/1), menyentuh level US$ 11.670 per ton atau naik 2,45%. Dalam sepekan harga nikel melonjak 4,38%.

Direktur PT Garuda Berjangka Ibrahim menilai, naiknya harga komoditas nikel disebabkan beberapa faktor. Seperti keputusan ditolaknya voting Brexit oleh parlemen Uni Eropa. Namun, Ibrahim menilai keputusan tersebut pun sudah diantisipasi oleh Perdana Menteri Theresa May untuk kembali melakukan voting empat bulan kemudian.

“Meskipun pemungutan suara ditolak, Theresa May ajukan voting lagi untuk mencapai mediasi. Sehingga pelaku pasar tidak cemas dengan kondisi global dan harga komoditas tergerek naik,” ujarnya kepada KONTAN, Rabu (16/1).

Ibrahim juga menilai, pertumbuhan ekonomi China yang melambat akan diatasi Pemerintah China. Pasalnya, Bank Sentral China (PBoC) menyuntikkan dana tunai harian terbesar melalui operasi pasar terbuka pada Rabu (16/1). Suntikan dana ini semakin menguatkan adanya pelonggaran kebijakan untuk menghadapi pelambatan ekonomi.

Dalam operasi pasar terbuka, PBoC menyuntikkan dana segar CNY 350 miliar melalui reverse bond repurchase agreement bertenor tujuh hari dan CNY 220 miliar melalui reverse repo bertenor 28 hari.

“Tiongkok akan memberi stimulus bagi usaha-usaha kecil agar perekonomian dan pasar bergerak. Pasar tahu bahwa harga komoditas sangat bergantung pada Tiongkok karena permintaan dari negara itu tinggi,” tandasnya.

Disamping itu, Ibrahim bilang, isu perang dagang AS dan China yang masih bergulir pun jadi katalis pergerakan harga nikel. Nasib perang dagang sendiri akan terjawab pada April mendatang. Nah, dengan adanya negosiasi antara AS dan China beberapa pekan lalu, membuat harga nikel di awal tahun ini menguat.

Secara teknikal, Ibrahim melihat garis bollinger band dan Moving Average (MA) 40% berada di atas garis bollinger bawah. Sama halnya dengan indikator stochastic yang 60% positif, indikator MACD 60% positif dan RSI 70% negatif. “Harga nikel akan menguat tetapi terbatas karena perang dagang itu sendiri,” imbuh Ibrahim.

Kamis (17/1), Ibrahim memproyeksikan harga nikel berada direntang US$ 11.640 sampai US$ 11.740 per ton. Sedangkan sepekan, harga nikel US$ 11.470 sampai US$ 11.860 per ton. Ia pun masih merekomendasikan buy.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×