kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.468.000   -2.000   -0,14%
  • USD/IDR 15.946   -52,00   -0,33%
  • IDX 7.161   -53,30   -0,74%
  • KOMPAS100 1.094   -8,21   -0,74%
  • LQ45 872   -4,01   -0,46%
  • ISSI 216   -1,82   -0,84%
  • IDX30 446   -1,75   -0,39%
  • IDXHIDIV20 540   0,36   0,07%
  • IDX80 126   -0,84   -0,67%
  • IDXV30 136   0,20   0,15%
  • IDXQ30 149   -0,29   -0,20%

Harga nikel kembali turun gunung


Rabu, 26 November 2014 / 06:41 WIB
Harga nikel kembali turun gunung
ILUSTRASI. Zona Eropa jatuh ke dalam jurang resesi pada musim dingin ini, dikarenakan konsumen terpukul oleh kenaikan harga. REUTERS/Eric Vidal


Reporter: Dupla Kartini | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

JAKARTA. Harga nikel jatuh dari puncak tertinggi selama enam bulan. Batalnya aksi mogok pekerja tambang di Kolombia, dan stok yang melimpah memicu harga logam industri ini turun gunung.

Mengutip Bloomberg, Selasa (25/11), hingga pukul 10.42 waktu Hong Kong, nikel pengiriman tiga bulan di London Metal Exchange (LME) turun 0,4% dibandingkan hari sebelumnya menjadi US$ 16.583 per metrik ton. Padahal, hari sebelumnya, nikel bertengger di US$ 16.650 per metrik ton. Ini harga tertinggi sejak 9 Oktober 2014.

Pelaku pasar bereaksi setelah BHP Billiton Ltd menyatakan, pekerja di tambang Cerro Matoso membatalkan rencana mogok kerja. Serikat pekerja dan perusahaan sedang bernegosiasi terkait kesepakatan jam kerja.

Seperti diketahui, Cerro merupakan tambang fero nikel terbesar kedua di dunia. Makanya, isu pemogokan pekerja ini sempat melambungkan harga nikel dalam beberapa hari terakhir. Harga nikel kian tertekan, sebab stok di LME per 24 Oktober 2014 mencapai rekor tertinggi, 397.236 metrik ton.

“Stok di London kembali memecahkan rekor, penambahan stok terutama dari Asia. Secara umum, pasar kelebihan stok," ungkap Mark Keenan, Kepala Riset Komoditas untuk Asia di Societe Generale SA, seperti dikutip Bloomberg, Selasa (25/11).

Analis dan Direktur Equilibrium Komoditi Berjangka, Ibrahim, menilai, pelaku pasar kembali fokus pada faktor fundamental, setelah isu mogok tidak terjadi. "Stok masih tinggi, meskipun Indonesia menegaskan larangan ekspor mineral mentah. Sebab, Filipina dan Rusia justru sedang melakukan ekspor besar-besaran," ungkapnya.

Di sisi lain, permintaan masih lesu, terutama dari China dan Eropa. Penurunan permintaan nikel diperkirakan akan berlanjut hingga tahun depan. Bahkan, ada sinyal permintaan dari Amerika Serikat bakal turun pada tahun depan. Ini menyusul ekspektasi pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) AS di kuartal III yang direvisi turun menjadi 3,3% dari sebelumnya 3,5%.

Secara teknikal, kata Ibrahim, harga nikel masih dalam tren turun. Tren ini tercermin dari stochastic 60% yang berada di atas bollinger bawah, dan MA 30% di atas bollinger bawah. Dua indikator itu mengindikasikan negatif. Sementara, MACD dan RSI pada posisi wait and see. Prediksinya, hingga akhir pekan ini, nikel akan cenderung melandai di kisaran US$ 16.483-US$ 16.600 per metrik ton. Adapun, hingga penghujung tahun ini, harganya akan bergerak antara US$ 15.500-US$ 16.800 per metrik ton.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×