Reporter: Akmalal Hamdhi | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Meski masih terkoreksi sejak awal tahun ini, harga nikel mulai perlahan bangkit. Katalis positif bagi nikel ke depan adalah rencana Filipina menetapkan pajak ekspor.
Presiden HFX International Berjangka Sutopo Widodo mencermati bahwa Nikel berjangka diperdagangkan di sekitar US$ 26.000 per ton saat ini karena investor sedang memperhatikan gangguan permintaan dan pasokan. Filipina sebagai produsen nikel terbesar kedua di dunia, kemungkinan akan mengenakan pajak ekspor nikel seperti Indonesia.
“Hal tersebut akan meningkatkan ketidakpastian pasokan. Sehingga, dapat memicu kenaikan harga lainnya di depan,” ucap Sutopo kepada Kontan.co.id, Jumat (24/2).
Mengutip Bloomberg, Manolo Serapio dan Andreo Calonzo menjelaskan bahwa biaya ekspor yang lebih tinggi dari pemasok utama dapat memperketat pasokan dan mendorong harga nikel. Tetapi wacana Filipina menerapkan pajak ekspor penerapannya belum bisa dipastikan, dan negara tersebut tidak akan memiliki pengaruh sebesar Indonesia.
Baca Juga: Filipina Akan Kenakan Pajak Ekspor, Harga Nikel Kembali ke Jalur Positif
Filipina menyumbang sekitar 11% pasokan nikel tambang global, sementara Indonesia berkontribusi sebesar 48% untuk global. Indonesia dan Filipina adalah pemasok nikel terbesar di dunia yang digunakan dalam pembuatan baja tahan karat dan baterai lithium-ion untuk kendaraan listrik ke pasar utama China.
“Larangan Indonesia atas ekspor bijih logam pada tahun 2020 meningkatkan nilai ekspor nikelnya dari US$ 3 miliar menjadi US$ 30 miliar dalam dua tahun karena perusahaan China membangun kilang dan peleburan di sana (Indonesia),” tulis Manolo Serapio dan Andrea Calonzo dalam catatannya pada 30 Januari 2023, dikutip Minggu (26/2).
Di sisi lain, Sutopo melanjutkan, Tsingshan Holding Group milik Xiang Guangda yakni salah satu produsen baja karat dan nikel terkemuka dunia tengah berupaya meningkatkan produksi di China. Langkah tersebut dapat menggandakan stok nikel olahan China di tahun ini.
Pada saat yang sama, pasar juga bereaksi terhadap lonjakan permintaan baru untuk kendaraan listrik dan menimbang prospek permintaan yang optimistis dari China terhadap tanda-tanda pertumbuhan ekonomi yang lebih lambat di seluruh dunia.
Sutopo memperkirakan nikel akan diperdagangkan pada US$ 27.174,30 per ton pada akhir kuartal I-2023. Dalam kurun waktu 12 bulan, harga nikel diproyeksikan berada di US$ 32.613,25 per ton.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News