Reporter: Lydia Tesaloni | Editor: Handoyo
KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Harga emas dunia masih menunjukkan tren peningkatan, memancing investor untuk terus bermigrasi dari aset-aset berisiko tinggi. Namun, tetap ada plus minus yang perlu diperhatikan dalam menyimpan emas sebagai investasi.
Per Senin (21/4) hari ini, harga emas spot dunia melampaui rentang US$ 3.300 per ons troi. Sejak awal tahun, harga emas sudah meningkat hingga 27%. Sejalan, harga emas logam mulia Antam juga kembali mencapai rekor tertingginya di Rp 1.980.000 per gram.
Cetakan harga yang tinggi ini didorong dari minat investor yang juga masih tinggi. Namun masyarakat yang ingin masuk ke investasi emas perlu memperhatikan sejumlah hal agar bisa mendulang keuntungan maksimal.
Baca Juga: Cuan 35,78% Setahun, Harga Emas Antam Hari Ini Kembali Naik (21 April 2025)
Guru Besar Keuangan dan Pasar Modal Universitas Indonesia Budi Frensidy menyebut setidaknya ada dua hal yang perlu dicermati.
Pertama, soal spread harga jual dan beli yang terbilang besar pada rentang 7% - 10%. Sebagai perbandingan, hari ini harga buyback emas dibanderol seharga Rp 1.829.000. Dari harga jualnya, terdapat selisih hingga Rp 151.000 atau sebesar 7,9%.
Untuk contoh, jika emas Antam dibeli pada 14 April 2025 dengan harga Rp 1.896.000 per gram, investor yang melakukan buyback hari ini justru merugi 3,5%. Namun, jika emas Antam dibeli pada 21 Juli 2023 dengan harga Rp 1.077.000 per gram, investor yang melakukan buyback hari ini dapat mendulang untung hingga 69,82%.
Dari outlook tersebut, profit taking maksimal dapat dilakukan jika momentum kenaikan harga emas terus berlanjut. Namun, kenaikan harga emas sendiri biasanya diikuti dengan koreksi harga tajam yang justru bisa membuat investor rugi.
Baca Juga: Harga Emas Tembus Rekor Baru, Dipicu Ketegangan Politik dan Lemahnya Dolar AS
Berkaca dari rekor harga emas dunia pada 2004, misalnya, saat emas dunia berada di level US$ 1.900 per ons troi. Memasuki 2009–2011, harganya justru terkoreksi tajam hingga di rentang US$ 1.200 per on troi.
Lalu kedua, soal pemasukan rutin. “Emas tidak memberikan cash flow secara periodik seperti saham dan properti,” sebut Budi kepada Kontan.co.id, Senin (21/4). Maka dari itu, Budi sendiri tidak menyebut emas sebagai pilihan utama investasi.
Budi juga menekankan, investor emas perlu mempersiapkan diri jika harga emas dunia nantinya turun. Menurut Budi, saat ini kenaikan harga emas dunia terjadi karena China memborong emas dengan dana hasil penjualan obligasi AS. “Harus siap kalau pemerintah China dan investor kakap lainnya berhenti membeli,” katanya.
Selanjutnya: Pergerakan Saham Alfamart (AMRT) Terus Merosot, Ini Sentimen Penyeretnya
Menarik Dibaca: Tembus 6 Juta Penonton, Film Jumbo Beri Inspirasi Banyak Anak
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News