Reporter: RR Putri Werdiningsih, Wuwun Nafsiah | Editor: Yudho Winarto
Produksi minyak AS
Peningkatan produksi minyak mentah di Amerika Serikat (AS) sepertinya mulai tak berpengaruh pada pergerakan harga minyak WTI. Meski Negeri Paman Sam merilis adanya penambahan operasi rig aktif, harga komoditas energi ini tetap menguat.
Akhir pekan lalu, harga minyak sempat terkoreksi jelang rilis data Baker Hughes mengenai penambahan jumlah rig aktif di AS. Baker Hughes melaporkan, pada pekan yang berakhir pada 24 Maret, terjadi penambahan 10 rig yang beroperasi menjadi 662. Padahal pada periode yang sama tahun lalu. jumlah rig yang beroperasi hanya sekitar 362.
Tapi hal tersebut tak menekan harga minyak lantaran pelaku pasar cukup yakin meningkatnya produksi minyak AS diimbangi dengan peningkatan ekspor. Per 17 Februari lalu, ekspor minyak mentah AS tercatat mencapai 1,21 juta barel per hari.
Secara teknikal, harga minyak WTI masih mengindikasikan pelemahan, lantaran bergulir di bawah garis moving average (MA) 50 dan MA 100 . Tetapi untuk jangka panjang, harga berpotensi menguat karena posisinya sudah berada di atas MA 200. Relative strength index (RSI) berada di level 51, yang menunjukkan potensi penguatan.
Tapi peluang harga terkoreksi tampak dari indikator moving average convergence divergence (MACD) yang berada di area negatif. Sedangkan stochastic oversold level 96.
Deddy memprediksi hari ini (3/4) harga minyak WTI terkoreksi dan bergerak antara US$ 49,80-US$ 49 per barel. Tapi dalam sepekan, harga kembali naik dan bergerak di kisaran US$ 50,96-US$ 52,38 per barel. Wahyu memprediksi harga minyak awal pekan ini akan menguat, bergerak antara US$ 48,6-US$ 51,65 dan di kisaran US$ 47-US$ 53 per barel sepekan ke depan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News