Sumber: Reuters | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - NEW YORK. Harga minyak mentah ditutup menguat pada perdagangan Rabu (8/7) karena konsumsi bensin di Amerika Serikat (AS) menunjukkan tanda-tanda pemulihan. Namun, penguatan harga si emas hitam ini dibatasi oleh meningkatnya persediaan minyak mentah dan peningkatan infeksi virus corona.
Mengutip Reuters, harga minyak berjangka jenis Brent kontrak pengiriman September 2020 ditutup naik 21 sen menjadi US$ 43,29 per barel.
Serupa, harga minyak mentah berjangka jenis West Texas Intermediate (WTI) kontrak pengiriman Agustus 2020 di Nymex naik 28 sen menjadi US$ 40,90 per barel.
Baca Juga: Wall Street rebound berkat saham teknologi, indeks Nasdaq capai rekor tertinggi
Harga kedua tolok ukur minyak ini berada di jalur penguatan, setelah naik tipis dalam empat sesi berturut. Para analis melihat, penguatan harga minyak kali ini, mengabaikan berita bahwa Libya, anggota OPEC, menambah pasokan global dengan membuka kembali terminal minyak Es Sider untuk ekspor.
Namun, suntikan tenaga bagi harga minyak datang setelah data Energy Information Administration (EIA) menunjukkan, persediaan bensin AS turun 4,8 juta barel karena permintaan naik menjadi 8,8 juta barel per hari. Ini jadi rekor tertinggi sejak 20 Maret.
Pemanfaatan kilang meningkat 2%, tetapi masih melayang sekitar 17% lebih rendah dari periode yang sama tahun lalu.
"Sementara ini menjadi imbang karena kenaikan permintaan bensin di musim panas adalah sehat. Tetapi AS juga sangat dekat dengan rekor waktu tertinggi dalam minyak mentah dan penyimpanan destilasi, yang tidak sehat," kata Bob Yawger, Director of Energy Future Mizuho.
Seperti diketahui, stok minyak mentah AS Gulf Coast naik 5 juta barel ke rekor tertinggi pekan lalu.
"Pengurangan penyimpanan minyak mentah yang dilakukan di laut hanya bergeser ke darat pada titik ini yang tidak selalu menjadi pertanda buruk," kata Tony Headrick, Energy Markets Analyst CHS Hedging.
Baca Juga: Corona bisa menyebar di udara, ilmuwan: partikel aerosol Covid-19 seperti asap rokok
Lonjakan terbaru dalam kasus virus corona di AS, yang kini sudah di atas 3 juta, telah mengurangi harapan untuk pemulihan cepat dalam permintaan minyak. Hal tersebut dipicu oleh potensi adanya kuncian global kembali untuk mencegah penyebaran virus.
Sentimen lain yang bisa menggerakan harga minyak adalah rencana pertemuan para menteri utama di OPEC+, yang meliputi anggota OPEC dan sekutu seperti Rusia, yang dijadwalkan mengadakan pembicaraan minggu depan tentang kesepakatan mereka mengenai pengurangan produksi yang akan berlangsung hingga akhir Juli.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News