kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.347.000 0,15%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Harga minyak WTI dan Brent ambles 1% karena kematian virus corona melonjak di India


Kamis, 13 Mei 2021 / 12:32 WIB
Harga minyak WTI dan Brent ambles 1% karena kematian virus corona melonjak di India
ILUSTRASI. Harga minyak anjlok 1% karena tingkat kematian di India melonjak


Sumber: Reuters | Editor: Anna Suci Perwitasari

KONTAN.CO.ID - TOKYO. Harga minyak mentah melemah pada hari ini setelah berada di level tertinggi delapan minggu karena kekhawatiran tentang krisis virus corona di India, importir minyak mentah terbesar ketiga di dunia. 

Kamis (13/5) pukul 12.00 WIB, harga minyak mentah jenis Brent untuk kontrak pengiriman Juli 2021 turun 66 sen atau 1% menjadi US$ 68,66 per barel, setelah naik 1% pada hari Rabu (12/5). 

Serupa, harga minyak jenis West Texas Intermediate (WTI) untuk kontrak pengiriman Juni 2021 turun 67 sen atau 1% menjadi US$ 65,41 per barel, setelah melonjak 1,2% di sesi sebelumnya.

"Jalur harga minyak mentah tampaknya lebih tinggi tetapi sampai situasi membaik di India, WTI mungkin akan berjuang untuk menembus di atas level tertinggi pada awal Maret," kata Edward Moya, Senior Market Analyst di OANDA, dalam sebuah catatan.

International Energy Agency (IEA) dalam laporan bulanan menyebut, permintaan minyak sudah melebihi pasokan dan kekurangan diperkirakan akan tumbuh lebih besar bahkan jika Iran meningkatkan ekspor. 

Sehari sebelumnya, Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) juga memperkirakan permintaan minyak dunia yang kuat pada tahun 2021, dengan pertumbuhan di China dan AS yang berhasil menipiskan dampak krisis virus corona di India.

Baca Juga: Harga minyak mentah kompak melemah di awal perdagangan hari ini (13/5)

Tetapi kekhawatiran global meningkat atas situasi di India, negara terpadat kedua di dunia, di mana varian virus corona mengamuk di pedesaan dalam 24 jam paling mematikan sejak pandemi dimulai.

Para profesional medis masih belum dapat memastikan kapan infeksi baru akan memuncak dan negara-negara lain khawatir atas penularan varian yang sekarang menyebar ke seluruh dunia.

Sementara itu, kekurangan bahan bakar semakin parah di bagian tenggara AS, enam hari sejak penutupan saluran Colonial Pipeline, jaringan pipa bahan bakar terbesar di konsumen minyak terbesar dunia.

Colonial, yang menyalurkan lebih dari 2,5 juta barel per hari, mengatakan pihaknya berharap mendapatkan sebagian besar jaringan yang beroperasi pada akhir minggu.

"Sementara gangguan itu berarti bagi pasar ritel lokal, dampaknya masih mungkin bersifat sementara karena tidak ada kerusakan fisik pada pipa," tulis analis Goldman Sachs dalam laporan baru.

Selanjutnya: Harga emas spot menguat tipis 0,2% ke US$ 1.819,29 per ons troi jelang siang ini

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×