Reporter: Hikma Dirgantara | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Setelah sempat kembali ke level US$ 40-an per barel, harga minyak dunia jenis West Texas Intermediate (WTI) kembali merosot. Per Jumat (30/10), harga minyak WTI kontrak pengiriman Desember sudah turun 1,05% ke US$ 35,76 per barel.
Analis Central Capital Futures Wahyu Laksono menerangkan, dengan situasi dan perkembangan saat ini, untuk minyak WTI sebenarnya ketika harganya di atas US$ 40 per barel memang biasa rejected. Selain itu, level US$ 40 kemarin dinilai Wahyu memang sudah overbought.
“Di sisi lain, permasalahan soal kelebihan pasokan dan kebijakan OPEC soal produksi yang malah bertambah juga membuat minyak WTI berada dalam tren negatif. Saat ini OPEC+ masih berusaha untuk menerapkan kebijakan pemangkasan produksi sebanyak 7,7 juta bph ke setiap anggotanya secara merata, namun perkembangannya tidak sesuai harapan,” kata Wahyu ketika dihubungi Kontan.co.id, Minggu (1/11).
Baca Juga: Dua minggu tambah 1 juta, kasus corona di Amerika Serikat tembus 9 juta
Lebih lanjut, Wahyu mengatakan, Arab Saudi dan Rusia memberi sinyal bersedia untuk melanjutkan kebijakan pemangkasan tersebut. Namun, Irak, Uni Emirat Arab, dan Kuwait justru menunjukkan keberatan terhadap kebijakan tersebut.
Selain permasalahan soal over supply dan kebijakan pemangkasan produksi, minyak WTI juga dihantam oleh menurunnya permintaan seiring gelombang kedua penyebaran virus corona terjadi. Negara seperti Perancis dan German mengumumkan memberlakukan lockdown kembali.
Di Amerika sendiri, kasus positifnya juga masih terus melonjak. Belum lagi, persoalan tarik-ulur stimulus AS yang tak kunjung usai. Hal ini membuat dolar AS diuntungkan dan komoditas justru tertekan.
“Semua kabar buruk tadi, ditambah dengan kemungkinan paket stimulus belum akan segera ditandatangani, berpotensi membuat WTI terjun ke level US$ 30 per barel,” tambah Wahyu.
Namun, untuk akhir tahun nanti, Wahyu cukup yakin minyak WTI masih bisa menguji ke level US$ per barel.
Namun syaratnya, pilpres AS bisa memberikan kepastian dan mendukung risk on atau risk appetite investor kembali, ditandai dengan penguatan stock market.
Jika terjadi, bukan tidak mungkin, pada akhir kuartal I-2020, WTI akan menguji level US$ 50 per barel.
Selanjutnya: Krisis energi sudah di depan mata, ini saran ke pemerintah
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News