Sumber: Reuters | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
Kematian akibat virus mirip flu baru di China itu telah meningkat menjadi 17 orang dengan lebih dari 540 kasus yang sudah dikonfirmasi. Penyebaran virus ini bahkan sudah sampai Amerika Serikat.
Jika virus berkembang secara dramatis dan memukul permintaan perjalanan dan pertumbuhan, maka permintaan minyak bisa turun 260.000 barel per hari, kata Goldman Sachs dalam sebuah catatan.
"Permintaan kekhawatiran atas potensi epidemi akan melawan kekhawatiran tentang gangguan pasokan di Libya, Iran dan Irak, mendorong volatilitas harga spot dalam beberapa minggu mendatang," kata Goldman, meskipun dampak pada fundamental minyak masih terbatas sejauh ini.
Harga minyak sedikit mendapat dukungan setelah National Oil Corp Libya pada hari Senin menyatakan force majeure pada pemuatan minyak dari dua ladang minyak utama setelah perkembangan terbaru dalam konflik militer yang sudah berjalan lama.
Kecuali fasilitas minyak kembali beroperasi dengan cepat, produksi minyak mentah anggota OPEC Libya akan berkurang menjadi sekitar 72.000 barel per hari dari sekitar 1,2 juta barel per hari.
Baca Juga: IMF pangkas pertumbuhan ekonomi dunia, Indonesia tersokong konsumsi dan investasi
"Blokade pipa Libya terus berdampak buruk pada sentimen ... Ada konsensus bahwa gangguan itu akan terbukti berumur pendek," kata Stephen Brennock dari broker minyak PVM.
Sementara itu, Kazakhstan telah menangguhkan ekspor minyaknya ke China setelah kontaminasi ditemukan dalam minyak mentah yang dipasok oleh produsen Kazakh kurang dari setahun setelah krisis 'minyak kotor' pecah di negara tetangga Rusia.
Namun secara keseluruhan, pasokan global kemungkinan akan terus meningkat, dengan produksi minyak serpih mentah AS dalam jumlah besar diperkirakan akan naik ke rekor tertinggi pada bulan Februari.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News