kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45893,43   -4,59   -0.51%
  • EMAS1.308.000 -0,76%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Harga Minyak Turun Karena Pelepasan SPR, Analis Menilai Ini Bukan Perbaikan Permanen


Jumat, 01 April 2022 / 08:06 WIB
Harga Minyak Turun Karena Pelepasan SPR, Analis Menilai Ini Bukan Perbaikan Permanen
ILUSTRASI. Harga minyak Brent melonjak 38% dan WTI naik 34% sepanjang kuartal pertama.


Reporter: Wahyu Tri Rahmawati | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga minyak masih melemah setelah kemarin anjlok dalam. Jumat (1/4) pukul 7.50 WIB, harga minyak WTI kontrak pengiriman Mei 2022 di New York Mercantile Exchange berada di US$ 100,21 per barel, turun tipis dari penutupan perdagangan kemarin pada US$ 100,28 per barel.

Sedangkan harga minyak Brent kontrak Juni 2022 di ICE Futures pagi ini menguat tipis ke US$ 104,90 per barel dari penutupan perdagangan kemarin US$ 104,71 per barel.

Kemarin, harga minyak Brent turun 6,04% dan minyak WTI melorot 6,99% dalam sehari setelah Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden mengatakan akan melepas minyak dari cadangan minyak strategis atau Strategic Petroleum Reserve (SPR). Biden pun meminta perusahaan-perusahaan minyak untuk meningkatkan pengeboran untuk meningkatkan pasokan.

Baca Juga: Harga Emas Turun Tipis Setelah Melonjak 5,92% Sejak Awal Tahun

Kedua tolok ukur harga minyak membukukan persentase kenaikan kuartalan tertinggi sejak kuartal kedua 2020. Harga minyak Brent melonjak 38% dan WTI naik 34% sepanjang kuartal pertama, didorong terutama setelah invasi Rusia 24 Februari ke Ukraina.

"Ini adalah pasar di mana setiap barel diperhitungkan dan (pelepasan SPR) adalah volume minyak yang signifikan untuk ditempatkan di pasar untuk jangka waktu yang lama," kata John Kilduff, mitra di Again Capital LLC kepada Reuters.

Pelepasan 180 juta barel SPR setara dengan sekitar dua hari permintaan global. Pelepasan ini  menandai ketiga kalinya AS memanfaatkan SPR dalam enam bulan terakhir.

Baca Juga: Wall Street Kompak Melemah, Indeks Saham Cetak Kinerja Kuartalan Terburuk Sejak 2020

Biden mengatakan, AS akan melepaskan 1 juta barel per hari minyak mentah selama enam bulan dari Cadangan Minyak Strategis mulai Mei. Biden menambahkan bahwa 30 juta hingga 50 juta barel minyak dapat dilepaskan selain oleh sekutu dan mitra.

"Perusahaan minyak yang duduk di sumur menganggur atau sewa yang tidak terpakai harus mulai memproduksi atau membayar kelambanan mereka," ujar Biden.

Anggota lain dari International Energy Agency (IEA) atau Badan Energi Internasional juga dapat melepaskan barel untuk mengimbangi ekspor Rusia yang hilang setelah negara itu terkena sanksi berat karena invasi ke Ukraina. Juru bicara menteri energi Selandia Baru mengatakan, negara-negara anggota IEA akan bertemu pada hari Jumat pukul 1200 GMT untuk memutuskan potensi pelepasan minyak kolektif.

Baca Juga: Harga Pertalite Turun di Daerah Ini, Cek Harga BBM Pertamina Terbaru per April 2022

Namun, setiap rilis SPR juga bisa menjadi tanda bahwa AS tidak mengharapkan resolusi cepat untuk krisis di Ukraina yang telah menekan pasokan minyak, kata Susannah Streeter, analis pasar dan investasi senior di Hargreaves Lansdown.

"Masa-masa putus asa jelas menyerukan tindakan putus asa dan jelas pemerintahan Biden percaya lonjakan harga minyak menjamin langkah ini untuk memakan pasokan darurat negara itu," kata Streeter.

Analis Goldman Sachs mengatakan pelepasan SPR akan membantu pasar minyak untuk menyeimbangkan kembali pada tahun 2022 tetapi bukan perbaikan permanen. "Namun, ini akan tetap menjadi pelepasan persediaan minyak, bukan sumber pasokan yang terus-menerus untuk tahun-tahun mendatang. Oleh karena itu, pelepasan seperti itu tidak akan menyelesaikan defisit pasokan struktural, dalam beberapa tahun mendatang," imbuh para analis Goldman.

Baca Juga: Amerika Akan Melepas Stok Minyak Bumi

Analis juga menunjuk pada likuiditas yang rendah di pasar yang menyebabkan pergerakan harga yang terlalu besar. "Kami telah melihat berkurangnya minat terbuka dan volume yang berkurang. Pasar yang tipis adalah pasar yang gelisah, dan sangat reaktif terhadap berbagai perkembangan ini," kata Kilduff.

Sementara itu, OPEC+ sepakat pada pertemuan pada hari Kamis untuk tetap pada perjanjian yang ada dan menaikkan target produksi Mei sebesar 432.000 barel per hari (bph). "Mengingat perkembangan semalam, keputusan OPEC+ tampaknya bukan peristiwa. Peningkatan 432.000 barel per hari telah diperkirakan. Keputusan itu akan disambut dengan kekecewaan dari negara-negara konsumen," kata Tamas Varga di Rekanan Minyak PVM.

Harga minyak juga turun karena kekhawatiran permintaan yang lebih rendah di China karena Shanghai akan memperluas penguncian COVID-19. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×