Reporter: Sinar Putri S.Utami | Editor: Yudho Winarto
JAKARTA. Jatuhnya harga minyak mentah memukul kinerja PT Medco Energi International Tbk (MEDC). Imbas penurunan harga minyak sudah dirasakan produsen minyak dan gas ini sejak tahun lalu. Sepanjang 2014, laba bersihnya turun 14,15% menjadi US$ 13,71 juta.
Penurunan laba sejalan penurunan pendapatan sebesar 15,31% menjadi US$ 750,73 juta pada 2014. Padahal, tahun 2013, MEDC meraih pendapatan US$ 886,53 juta.
Analis Ciptadana Sekuritas, Hasan mengatakan, penurunan harga minyak dunia melemahkan kinerja MEDC. Diperparah pula dengan penurunan jumlah minyak dan gas siap jual (lifting), serta kontrak perusahaan. Lifting surut akibat volume produksi migas mulai menurun. Maklum, aset milik perusahaan saat ini sudah berusia cukup tua. "Misalnya, di tambang minyak yang tua, produksinya tidak bisa sesignifikan dulu," jelasnya.
Beruntung, porsi penjualan minyak dan gas MEDC seimbang alias 50:50. Jadi, kata Hasan, penurunan harga minyak bakal diminimalisir dengan penjualan gas. Apalagi, saat ini harga gas terus naik.
Meski demikian, Vice President Investment Quant Kapital Investama, Hans Kwee memperkirakan, kinerja Medco tahun ini masih rawan tekanan. Ia menduga, koreksi harga minyak mentah masih berlanjut hingga akhir 2015. Walaupun ada potensi naik, hanya terbatas. Peluang kenaikan harga berasal dari China. Pengucuran stimulus di sana berpeluang mengerek permintaan dari pengguna minyak kedua terbesar di dunia itu.
Hans dan Hasan menebak, minyak bisa menyentuh angka US$ 70 per barel di akhir tahun 2015.
Tertopang gas
Pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dollar AS bisa menjadi salah satu penopang kinerja MEDC di tahun ini. Maklum, penjualan migas perusahaan menggunakan dollar AS. Meski demikian, hal itu belum mampu menutupi kerugian akibat koreksi harga minyak. Hans menghitung, penurunan harga minyak sejak awal tahun ini 13,7%, lebih besar ketimbang pelemahan rupiah sekitar 5,15%.
Koreksi harga minyak juga berimbas pada penurunan anggaran belanja modal MEDC. Tahun ini, perusahaan menyiapkan belanja sekitar US$ 229 juta, jauh di bawah target, yaitu US$ 572 juta. Dengan dana terbatas, MEDC akan cenderung mengurangi risiko. "Alokasi dana akan diutamakan untuk eksplorasi pada aset-aset yang sudah berproduksi ketimbang eksplorasi di tambang baru," papar Hasan.
Namun, secara umum, prospek MEDC masih cukup positif. Proyek hulu Senoro sudah mulai berkontribusi pada tahun ini. Hasan menduga, tahun ini, pendapatan dari sektor gas bisa meningkat sebesar 20%.
Dus, total produksi migas perusahaan akan meningkat hingga 16% di tahun ini, dan 17% pada 2016. Dengan begitu, Hasan memprediksi, pendapatan MEDC tahun ini bisa naik menjadi US$ 752 juta, diikuti dengan kenaikan laba bersih menjadi Rp 26 juta.
Hasan merekomendasikan beli MEDC dengan target Rp 3.500 . Meski memasang target harga sama, Hans menyarankan hold sebab harga minyak masih belum pulih tahun ini. Adapun, Analis Credit Suisse Ami Tantri melabelkan outperform saham MEDC di harga Rp 4.400 per saham.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News